Mohon tunggu...
A Kurniawan
A Kurniawan Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Seni dan Soal Sosial

Akhirnya, kau temukan diriku. Orang kampung, yang ingin terus belajar sampai.......... mati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tarik-Ulur

17 Februari 2020   10:14 Diperbarui: 17 Februari 2020   10:16 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat melihat acara mancing di TV, teringat satu kisah bersama anak-anak dan keponakan. Mancing bareng di empang milik kakak, di kampung halaman. Berbekal sebilah bambu, benang, mata kail dan umpan; biarpun miskin bahan, tapi setidaknya, kaya akan niat baik, dan harapan. Dapat ikan, bawa pulang, goreng garing, santap berbarengan. Begitu, skenario rombongan, yang berangkat pagi-pagi dengan hati riang.

:::.

Agak geli, melihat gaya bebas anak-anak mengelilingi kolam. Ada yang berdiri, jongkok, duduk, dan glosoran tak karuan. Semua serius, semua tenang, semua... terdiam. Tak lama kemudian, tiba-tiba ada teriakan. Nampaknya, ada mata kail yang mengait mulut ikan.

Ada tarikan benang, yang begitu merentang tegang. Kekuatan, beradu kekuatan. Ada uluran benang, yang mengikuti irama ikan berenang.

Tarik-ulur itulah, satu momentum yang mendebarkan. Debar, bagi pemancing, sekaligus mungkin debar bagi ikan, yang berusaha melepaskan. Ikan itu, berusaha sekuat tenaga melawan, dan memutus benang. Untuk kebebasan. 

Semakin kuat melawan, semakin derita, yang ia rasakan. Sementara, pemancing itu, sekuat tenaga melemahkan kekuatan ikan. Tarik-ulur, dengan kesabaran. Sabar, menunggu ikan, sampai kelelahan.

Ikan makin melemah, bertambah-tambah. Saat ia lawan, kekuatan yang lebih besar, saat itu pula, sakit yang kian bertambah, ia dirasakan. Kekuatan, di atas kekuatan. Sedikit-demi-sedikit, daya ikan terus terreduksi, menjadi ketidak-berdayaan.

Akhir adegan tarik-ulur itupun, mudah ditebak. Ikan semakin mendekat, pasrah, menuruti kehendak. Pasrah menuju genggaman tangan, tanpa bisa lagi... ia tolak.

:::.

Tarik-ulur, tegang-kendur benang pancing itu, bagai Keluasan, dan Kesempitan.

Ketika mata kail ditabur dengan rizqi sebagai umpan; umpan yang dilapangkan atau disempitkan sebagai ujian. Ujian, yang akan menentukan nilai akhir, satu perbuatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun