Mohon tunggu...
Andrew Winata
Andrew Winata Mohon Tunggu... Lainnya - -

Jakarta, 28 Juli 2000

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Real Madrid, Campeones de Espana

17 Juli 2020   19:05 Diperbarui: 17 Juli 2020   19:00 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika musim 2017/2018 berakhir, madridista di seluruh dunia sebenarnya sedang bergembira. Bagaimana tidak, gelar liga champions eropa berhasil direbut oleh " Los Blancos " selama 3 tahun berturut turut, tidak pernah ada tim yang begitu dominan di era sepakbola modern ini di kancah eropa, terakhir kali hanya Bayern Munchen yang pernah hattrick, lebih dari 40 tahun yang lalu. 

Kegembiraan dan euforia yang menyelimuti madridista, berubah menjadi ketidakpastian dan tragedi. Sang entrenador , Zinedine Zidane memutuskan mundur sebagai pelatih El Real. Tapi yang terburuk belum tiba, sebulan setelahnya sang megabintang Portugal , Cristiano Ronaldo memutuskan hengkang ke Italia untuk bergabung dengan Si Nyonya Tua Juventus. 

Kepergian Ronaldo yang notabene adalah pemain terbesar dalam sejarah Real Madrid, penyelamat dengan ratusan golnya, satu dari dua pemain terbaik di dunia,  telah menemani madridista selama 9 tahun dalam kekalahan dan kemanangan itu hengkang dan tidak tahu kapan akan kembali. 

Kepergian mereka menimbulkan rasa galau dikalangan madridista, mereka gelisah bagaimana masa depan klub ini. Banyak yang menyebut kalau Real Madrid tidak akan mampu juara tanpa Cristiano. 

Dan benar saja, memasuki musim 2018/2019, performa Madrid hancur berantakan,ditandai dengan dipecatnya Solari dan Lopetegui,  lalu ketika Madrid dibantai habis oleh sang rival abadi 4-0 di Bernabeu.  Ketidakstabilan ruang ganti, penurunan performa pemain, ketergantungan kepada Ronaldo membuat Madrid praktis tidak berkutik.  

Musim lalu, 12 kekalahan dirasakan oleh Madrid, ini adalah jumlah kekalahan terbanyak kedua dalam sejarah Madrid. Barcelona semakin diatas angin oleh performa dominannya, Madrid berjarak 19 poin dari mereka. Musim itu , Madrid hanya mencetak 63 gol, terendah sejak 2009.  Tapi El presidente, Florentino Perez tidak tinggal diam


Lopetegui (atas) dan Solari, 2 pelatih yang dipecat musim 2018/2019 (footballwood.com)
Lopetegui (atas) dan Solari, 2 pelatih yang dipecat musim 2018/2019 (footballwood.com)

Zidane dipanggil kembali ke Bernabeu, dan dia pun akhirnya menduduki bangku panas pelatih Real Madrid. Dia datang saat bulan Maret, ketika Madrid sudah kehilangan harapan di ke tiga kompetisi. Memasuki musim baru, Madrid meremajakan skuadnya, pemain muda dari penjuru Amerika, Asia, Eropa berdatangan. 

Sebut saja Rodrygo , Kubo, Valverde yang dipanggil dari peminjaman, Vinicius, dan Militao, lalu ada juga sang bintang Belgia Eden Hazard.  Awal musim, tidak ada juga yang sebenarnya menyangka Madrid akan bisa merajai Spanyol, banyak yang memprediksi Barcelona akan kembali menjuarai LaLiga. 

Tetapi bukan Real Madrid namanya jika tidak melawan, perlahan tapi pasti mereka mampu mengalahkan Barcelona di El Clasico, mengalahkan sang rival sekota Atletico Madrid, dan mencatatkan cleansheet di kedua laga tersebut. 

Tetap masih ada inkonsistensi, 3 kekalahan Madrid musim ini semuanya disumbang oleh tim papan tengah : Levante, Mallorca, dan Real Betis. Madrid pun sebenarnya masi tertinggal 2 poin dari Barcelona ketika liga spanyol ditunda sampai batas yang tidak ditentukan karena Covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun