Dengan mengundang FDI (Foreign Direct Investment) di bidang eksplorasi di hulu industri migas kiranya dapat membantu penyelamatan perekonomian nasional secara relatif cepat. Dan dampak multiplikasinya pun bisa diharapkan bakal sangat signifikan.
Kalau mendengar keluhan dari beberapa pemain hulu migas, nampaknya patut diduga masih adanya praktek birokrasi yang berbelit-belit, belum lagi berbagai 'faktor' yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi. Ini yang mengakibatkan FDI sektor hulu migas masih 'pikir-pikir'.
Ini rupanya jadi pekerjaan rumah yang belum diselesaikan tuntas oleh inspektorat internal, maupun oleh KPK atau Kejaksaan. Lagi pula, jangan sampai terkesan masih adanya konspirasi tertentu (mafia-migas? Mafia-impor?) yang tak hentinya menghalangi kemandirian bangsa di sektor energi (khususnya migas).
Kecurigaan soal adanya 'kekuatan politik' lain yang menghalangi kemandirian energi bangsa mungkin saja ada, wallahualam. Tapi juga tak perlu jadi momok yang menakutkan. Presiden Joko Widodo pun pernah menantang untuk menggigitnya (dengan cara beliau sendiri).
Gampangnya, bereskan saja di hulu industri migas, cukupkan pasokan, ini akan dengan sendirinya menutup arena main gila para mafia impor migas beserta pada konspiratornya di arena politik.
Untuk potong kompas semasa paceklik akibat pandemi Covid-19 ini, nampaknya perlu tim lintas sektoral yang dipimpin langsung oleh presiden untuk melancarkan proses FDI di sektor hulu migas ini. Agar segala hambatan lintas sektoral (departemen) bisa dibuat sodetan (by pass) langsung.
Tidak perlu lagi bertele-tele, langsung saja undang para investor potensial, yang di industri hulu migas tidaklah terlalu sulit untuk mengidentifikasinya. Tawarkan dan segera proses realisasi eksplorasinya. Orkestrasinya langsung dipimpin oleh presiden.
Pada saatnya, ketika supply dari hulu ini bisa mencukupi kebutuhan domestik, tak ada lagi arena bagi para konspirator mafia-impor migas ini untuk bermain gila. Sementara itu, Pertamina juga sudah (harus) siap dengan kilang-kilangnya yang terintegrasi bersama industri petrokimia, dan derivatif lainnya.
Singkatnya, bereskan akar masalah di industri hulu migas terlebih dahulu, dan baru kemudian persiapkan kilang di hilir beserta industri derivatifnya supaya keekonomiannya bisa optimal dan efisien.
Soal bio-energi (dari CPO/Palm Oil) dan solar-energi (Matahari) atau energi alternatif lainnya adalah inisiatif yang sangat bagus dan bisa menjadi pelengkap.
Tapi jangan sampai mengalihkan perhatian utama ke pemberesan industri hulu migas, di sektor eksplorasi dan produksi. Di situ pokok persoalannya saat ini.