Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Intoleransi adalah Bibit Radikalisme untuk Jadi Terorisme

11 Februari 2020   08:55 Diperbarui: 17 Juni 2021   06:05 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Intoleransi adalah Bibit Radikalisme untuk Jadi Terorisme. | Kompas

*Intoleransi Adalah Bibit Radikalisme Untuk Jadi Terorisme*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sikap intoleran dipahami sebagai suatu sikap yang tidak bisa menerima perbedaan (SARA). Mereka alergi dengan yang berbeda, khususnya soal beda agama.

Dan sikap intoleran adalah bibit untuk timbulnya radikalisme. Istilah radikalisme ini sendiri memang masih bias dalam penggunaannya.

Presiden Joko Widodo pernah mengusulkan untuk memakai istilah 'Manipulator Agama'. Itu mungkin istilah yang lebih mendekati apa yang tadinya dimaksud untuk diwakili dengan kata radikalisme.

Karena konteksnya memang lebih condong ke praktek kehidupan beragama di Indonesia. Para manipulator agama ini menggunakan agama sebagai tameng, alat, bungkus atau yang semacamnya demi mencapai tujuan kelompok kepentingannya sendiri. Egois memang.

Baca juga: Intoleransi Merusak Nilai Kebangsaan dan Kearifan Budaya Lokal

Jadi kalau tadi dikatakan bahwa sikap intoleran itu alergi atau tidak bisa menerima kenyataan perbedaan, fakta kebhinekaan, maka sikap yang ingin bangun oleh kelompok manipulator agama (radikalis) adalah supaya membenci mereka yang berbeda agamanya.

Dan sebagaimana lazimnya manipulator, tentu mereka memanipulasi sesuatu untuk tujuan terselubungnya sendiri. Sesederhana dan sedangkal itu sebetulnya.

Sederhana karena tidak ruwet untuk mengidentifikasinya. Dan dangkal karena pada kenyataannya tujuan mereka ujungnya adalah soal kekuasaan dan fulus.

Lewat janji surga dan jualan surga mereka berkongkalikong. Melancarkan propaganda berbungkus agama. Mengamplifikasi aksi kerumunan-kerumunan yang direkayasa sedemikian rupa untuk meneror mereka yang berbeda agamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun