Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Siapa yang Telah Mencuri Tenda Kita?

29 Januari 2020   01:30 Diperbarui: 29 Januari 2020   09:40 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas akibat penurunan impor nonmigas untuk seluruh jenis barang dan disertai oleh kinerja ekspor nonmigas yang membaik.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas menurun ditopang oleh peningkatan ekspor migas di tengah kinerja impor migas yang stabil.

Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2019 mencatat defisit sebesar 3,20 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada tahun sebelumnya sebesar 8,70 miliar dolar AS.

Kondisi tersebut ditopang oleh penurunan kinerja impor didukung oleh kebijakan substitusi impor di tengah kinerja ekspor yang belum kuat seiring dengan perlambatan ekonomi global dan turunnya harga komoditas.

Bank Indonesia memandang perkembangan neraca perdagangan pada Desember 2019 dan keseluruhan tahun 2019 positif dalam memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Sewaktu tembok Berlin runtuh (9 November 1989), terbongkarlah tembok pembatas perbedaan ideologis blok Barat (dengan perangkat militer NATO) dengan blok Timur (Pakta Warsawa).

Namun, sewaktu Netscape go-public (9 Agustus 1995) menandai mulainya revolusi arus informasi (via internet). Sejak itu nampaknya pelbagai sekat penghambat arus informasi-barang-uang-orang dijebol dan peredarannya semakin hari semakin lancar-bebas.

Globalisasi, dari salah satu perspektifnya, memang bisa juga dilihat dari sisi gerak atau arus-informasi (yang semakin tumpah ruah), arus-barang yang telah terkontainerisasi dan masuk jalur logistik (supply-chain) dunia (lewat laut, darat dan udara).

Lalu, arus-uang yang telah terdigitalisasi sehingga 'the blinking-money' ini bisa merembes ke mana saja dan kapan saja tapi tidak oleh siapa saja. Akhirnya, arus-orang yang terus bergerak (dalam rangka wisata, business-travel atau migrasi ke negara lain yang lebih menjanjikan).

Buat kita, tatkala pengelola arus informasi, misalnya Indosat beserta anak-anak perusahaannya, diambil alih pihak asing, lalu jalur-jalur logistik dan rantai-pasok barang semakin dikuasai perusahaan pelayaran, penerbangan, logistik asing, artinya arus-informasi dan arus-barang kita telah terbuka dan dioperasikan oleh entitas asing.

Sekarang arus-uang. Dunia perbankan kita, dengan fungsi intermediasinya, sebagian (besar?) juga telah dilakukan oleh pihak asing. Penetrasi bank-bank asing ini luar biasa cerdiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun