Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerakan Akal Sehat Melawan Mobokrasi-Kleptokrasi

22 Januari 2020   02:41 Diperbarui: 22 Januari 2020   02:46 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Vincent Wenas

Berasal dari kata mob yang berarti gerombolan orang yang asalan. Mobokrasi  secara sederhana bisa diartikan sebagai pemerintahan yang diselenggarakan dan dilaksanakan oleh segerombolan orang yang tidak paham seluk beluk pemerintahan. Asal-asalan. Mobokrasi cenderung membawa pemerintahan dan negara kearah anarkisme dan kekacauan.

Mobokrasi adalah forma sesungguhnya dari administrasi ibu kota saat ini. Pembiaran yang terjadi atas bancakan anggaran adalah demi langgengnya rejim bodoh ini. Makanya dana hibah untuk ormas (preman/mafia) itu mesti terus dibocorkan dari APBD. Itulah jaring pengaman bagi suatu mobokrasi. Semacam ongkos pengamanan. Praktek kleptokrasi (nyolong) adalah keniscayaan rejim mobokrasi. Jadi sebut saja rejim ini sebagai Mobokrasi-Kleptokrasi.

Ilustrasi ceritanya begini, kalau ada kelompok akal sehat mau menyampaikan aspirasi yang logis dengan unjuk rasa yang tertib ke balai kota, maka hadapi saja dengan preman-preman yang didandani jubah untuk melakukan kegiatan di siang bolong di sebuah rumah ibadah di dekat situ. 

Tak ada adu argumentasi yang cerdas, yang ada adu otot dan adu kedunguan saja.

Dengan distansi kita mudah memprediksi, kelompok akal sehat akan berpikir konyol sekali kalau mesti adu otot dengan preman tak berotak. Lebih baik menghindar. 

Sebab, manakala orang waras terus menanggapi orang gila, maka orang ketiga yang menyaksikan tidak akan bisa membedakan mana yang waras dan mana yang gila.

Gerombolan administrator kota yang seperti itu akan memanfaatkan preman atau mafia (otot dungu) untuk melindungi diri dari gerakan akal sehat (otak cerdas). 

Kebodohan memang tidak bisa beradu argumentasi dengan sikap matang dan logis, itu sudah kodratnya. Menutupi kebodohan adalah dengan narasi dan tingkah polah yang juga bodoh.

Mobokrasi-Kleptokrasi dengan libido/nafsu kekuasaannya akan berupaya terus menerus memperkuat memperpanjang tentakelnya. Kooptasi terhadap berbagai elemen kekuasaan (terutama partai politik) mesti terus diupayakannya. Bagi mereka yang bisa 'dibeli' akan masuk dalam tentakel gurita mobokrasi-kleptokrasi ini.

Konon perusahaan kontraktor untuk revitalisasi kawasan Monas disinyalir cuma perusahaan abal-abal beralamat di sebuah perumahan, dan ditengarai dimiliki oleh putra seorang petinggi partai politik. 

Begitu kabar burung yang telah terbang entah kemana. Ada banyak oknum partai yang berada dalam jaringan gurita mobokrasi-kleptokrasi seperti ini. Ada hubungan simbiose-mutualisme diantara mereka. Kisah kasih salah asuhan di remang-remang ibu kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun