Tiba waktunya evaluasi. Tes bentuknya. Pak Guru diberi kebebasan untuk menentukan alat tes untuk para Muridnya. Pak Guru memilih bentuk essay.Â
Setelah mendapatkan jawaban semua anak, Pak Guru dengan setia mengoreksi jawaban Murid satu per satu. Setelah selesai, ia rekap untuk dimasukkan ke nilai Raport sama persis dengan hasil yang didapatkan Murid, tanpa mengurangi, tanpa menambahi.
Pada saat menerima raport, Orang Tua yang menerimakannya, Ada yang nilainya bagus, ada yang nilainya kurang bagus. Orang Tua memberikan masukan ke anaknya, baik itu yang mendapat nilai bagus maupun kurang bagus. Anaknya dengan lega hati menerima masukkan dari Orang Tuanya. Pak Guru senang melihatnya.
Suatu ketika ada Murid yang berbuat nakal di kelas. Pak Guru menanganinya dengan harapan Murid tersebut ke depannya tidak mengulangi perbuatan itu dan menjadi Murid yang baik. Sampai di rumah, Murid tersebut menceritakan ke Orang Tua, dan sedikit mengadu. Orang Tuanya menasehati dan memberi masukan sama seperti yang Pak Guru berikan. Murid tersebut menjadi semakin sadar dan yakin bahwa yang ia lakukan keliru dan  bersiap siap berubah menjadi anak yang lebih baik, dengan dukungan Orang Tua dan Pak Guru. Ia meyakini itu!
Suatu ketika ada sebuah instruksi dari dinas pendidikan setempat, yang Pak Guru nilai agak kurang pas. Hal ini sampai ke Kepala Sekolah. Kepala Sekolah bertemu dengan Pak Guru. Mereka membicarakan bersama dan diskusi penuh kekeluargaan. Kepala sekolah memberikan hak penuh kepada Pak Guru untuk memutuskan yang terbaik untuk sekolah, lebih lebih yang terbaik untuk para Murid. Kepala Sekolah dan Pak Guru sepakat bahwa tanggung jawab di sekolah mendampingi Murid adalah tanggung jawab mereka bersama. Dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan, Kepala Sekolah dan Pak Guru memutuskan bersama, dan melaksanakan keputusan bersama itu dengan saling bantu dan konsekuen.
Tiba saatnya kelulusan. Tidak ada pesta gemerlap yang meriah, tidak ada jamuan makan penuh berlimpah limpah. Yang ada hanya tatapan Pak Guru ke para Murid dengan kelegaan yang tidak dibuat buat. Yang ada hanya ucapan terima kasih setulus tulusnya dari para Murid, yang tidak akan mungkin untuk terbalaskan.
Saat itu, angin semilir sejuk, membuai Sekolah Antah Berantah menelorkan tunas tunas yang siap untuk ditanam, tumbuh subur, dan menghijaukan alam.Â
Mentari dengan pesona warna warni semakin condong ke arah barat, menanti kehadiran Tunas Tunas baru, pengganti tunas tunas yang sudah tertanam di lahan lahan baru untuk tumbuh dan berkembang. Menanti Murid baru yang akan bersekolah di Sekolah Antah Berantah, menanti Pak Guru yang dengan setia akan mengajar mereka. Dan kisah akan kembali terulang dengan indahnya. Salam pendidikan!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI