Perjalanan berikut sedikit menantang. Menantang karena tempat yang akan kami tuju, menantang karena rute yang akan kami lewat.
Pada liburan kenaikan kelas, saya bersama keluarga saya; saya, istri, dan satu anak saya merencanakan pergi ke Alas Purwo. Destinasi ini sengaja kami pilih karena kami nilai unik, dan kami semangat untuk mengunjunginya. Kami sebelumnya belum pernah ke Alas Purwo, ini yang pertama.
Maka persiapan pun dilakukan, mulai dari browsing mengenai apa dan bagaimana Alas Purwo itu, kemudian mengatur rute dan mekanisme pelaksanaan travelingnya, sampai pada perencanaan biaya. Dari beberapa informasi yang kami dapat dan kumpulkan mengenai Alas Purwo, destinasi satu ini menjadi menarik dan unik karena merupakan destinasi alam yang khusus yaitu sebuah hutan yang sangat luas, dan hutan yang sudah ada sejak dulu kala tidak ada campur tangan manusia di dalamnya. Sedangkan dalam Alas Purwo terkandung banyak cerita mengenai sejarah, peninggalan, dan mitos mitos, yang barangkali dapat dijumpai di media sosial maupun info info di internet. Di sisi lain Alas Purwo juga merupakan sebuah taman nasional yang di dalamnya banyak satwa maupun fauna yang hidup dan dilestarikan dengan baik, dan beberapa dapat disaksikan dan dinikmati oleh pengunjung. Tidak hanya hutan, Alas Purwo lengkap dengan sebuah bentangan alam mulai dari Gunung, Bukit, lembah, padang rumput, goa, pantai dan masih banyak lagi.
Maka, menurut kami, komplit sudah untuk datang ke Alas Purwo untuk mengobati kegalauan dan keingintahuan yang mendalam kami mengenai Alas Purwo.
Hari keberangkatanpun tiba. Rute keberangkatan lewat jalur selatan pulau Jawa. Dari rumah kami di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, berangkat pukul 6 pagi. Start lewat ring road menuju Wonosari. Rencana kami akan lewat Wonosari  -  Pracimantoro  - Pacitan - Ponorogo - Trenggalek - Tulungagung - Blitar - Kepanjen - Tumpak Sewu (lereng gunung Semeru)  Lumajang - Jember - Genteng - Alas Purwo. Di Tumpak Sewu kami bermalam semalam kemudian pagi harinya melanjutkan ke Alas Purwo.
Dari awal keberangkatan, karena kami lewat jalan arteri, bukan lewat jalan tol, seperti biasanya kalau kami melakukan travelling dan khususnya yang ke arah timur, Jawa Timur, dll, maka jelas saja tidak bisa memacu kendaraan dengan cepat.Â
Jalanan masih lengang, sedikit bisa lega dan bisa menikmati pemandangan alam. Daerah Gunung Kidul, masuk ke Pracimantoro, menawarkan pemandangan yang aduhai. Alam dan seisinya, ladang petani, pesisir pantai, jalan aspal halus yang meliuk liuk, seakan mengiringi perjalanan kami. Tak lupa, ketika kami sampai di daerah Pacitan, kami sempatkan untuk mampir ke Goa Gong untuk istirahat, namun kami hanya sebentar, takut kemalaman sampai di Tumpak Sewu.
Selanjutnya gasss... kembali, melanjutkan perjalanan indah kami. Pemandangan sangat menarik, area Pacitan - Ponorogo. Jalurnya mengikuti alur sungai. Seperti di cerita cerita fiksi nan indah. Bagus sekali. Sepi, di sebelah kanan sungai, sebelah kiri tebing tebing bukit dengan batu batu yang gagah dan semak semak liar yang indah. Jalannya pun bagus, hanya di beberapa tempat ada aspal yang mengelupas.Â
Kami istirahat makan siang di Trenggalek, tepatnya di Bendungan Tugu. Bendungan ini bagus sekali, berada di perbukitan yang sepi. Kami makan di lokasi dekat gerbang Selamat Datang. Di pinggir jalan. Jadi masih di lereng bukit, tempatnya teduh dan sejuk. Serta sepi.
Setelah sejenak beristirahat dan makan siang, kami lanjutkan perjalanan. Setelah dari bendungan Tugu ini, Â jalur masih di area perbukitan dan pedesaan, dengan pemandangan ciamik super duper indah pula.Â