Pihak sekolah pun tidak pernah mendapatkan laporan dari siswa maupun orang tua perihal gejala keracunan MBG yang mereka alami di rumah.
Menurut hemat saya, program ini selaras dengan tujuan utamanya. Program ini sangat membantu para siswa terutama anak-anak miskin dan anak-anak kos yang kurang mendapatkan asupan gizi.Â
Lebih dari itu juga sangat membantu para orang tua sehingga tidak perlu memasak untuk keperluan bekal anak ke sekolah atau tidak perlu lagi memberikan uang jajan berlebih untuk anak-anak ke sekolah.
Namun demikian, ada dua catatan penting perihal program MBG di Kabupaten Ngada ini. Dua catatan tersebut kami dapatkan langsung dari komentar para netizen di media sosial, terutama Facebook.Â
Adapun catatan yang dimaksud adalah pertama, program MBG yang dimonopoli oleh orang-orang tertentu, dalam hal ini adalah mereka yang dekat dengan penguasa.
Kedua, dirasa perlu jika program MBG ini dikelola oleh orang tua. Artinya uang program MBG diserahkan kepada orang tua/wali murid, dan selanjutnya para orang tua yang mengelolanya dalam bentuk makanan bergizi untuk anak-anak ke sekolah.
Ini artinya bahwa walaupun tanpa kasus keracunan, program MBG di Kabupaten Ngada tetap saja harus dievaluasi untuk menemukan format yang tepat untuk kebaikan bersama. Ini menjadi tugas dan wewenang para stakeholder.Â
Entah kebijakan apa pun yang diambil, kiranya tidak menimbulkan polemik di masyarakat dan mengabaikan tujuan mulia dari program ini.
Ke depan sangat diharapkan agar formula beru bisa ditemukan. Bersamaan dengan itu juga tidak kehilangan esensinya. Ini sangat urgen demi visi Indonesia Emas 2045.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI