Mohon tunggu...
Andrea Juliand
Andrea Juliand Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis kemarin sore

ESTJ | Untukmu yang Berani Melepaskan, 2019 | Yang Terlupakan, 2018 | Mikayla, 2017 | Putus, Ya Terus? 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sulit Bukan Berarti Tidak Mungkin

22 September 2015   01:54 Diperbarui: 22 September 2015   03:14 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa kabar semua?

Semoga selalu dalam performa terbaik dan dalam perlindungan-Nya.

Begini, beberapa hari ini tak sedikit teman-temanku yg mengeluhkan besarnya target penjualan produk mereka yg selalu membesar dari tahun ke tahun, tak peduli bagaimana kondisi perekonomian saat ini. Target yg selalu membesar itu juga disertai ancaman resign apabila pada bulan/periode kesekian mereka tidak dapat memenuhinya. Tanpa disadari hidup merekapun hanya terfokus pada 'ancaman resign'. Day by day, yg ada dipikiran mereka bukan lagi bagaimana mencari cara untuk menutup target penjualan tapi berubah menjadi sebuah ketakutan yg kian membesar  : "Damn, bentar lagi bakal dipecat nih, gue.." Hal ini membuat mereka bertambah stres yang berujung makin menurunnya performa kerja. Tak sedikit yang kemudian mencaci atasan dan perusahaan tempat mereka bekerja. Tanpa mereka sadari, bahwa mencaci atau menjelek-jelekkan perusahaan tempat mereka bergantung hidup itu ibarat mereka meludahi sumber mata air yang nantinya akan mereka gunakan sendiri untuk minum. Ngeri-ngeri sedap, bukan?

Terlepas dari itu, anggep aja di sini aku cuma asal ngomong, atau silahkan kalau mau dibilang asal njeplak juga nggak apa-apa, but let me tell (and remind) you something..

Guys, Target kita tiap saat pasti meningkat. Dilihat dari kacamata bisnis, setiap pengusaha pasti akan menaikkan target penjualan dari tahun ke tahun. Kalaupun ada situasi ekonomi atau politik yang bergejolak, biasanya pengusaha akan merevisi target penjualannya. Misal, penjualan tahun lalu 1.000, target tahun ini 1.500, lalu karena situasi yg tak menentu maka direvisi menjadi 1.200 atau paling tidak, seburuk-buruknya target adalah menyamai penjualan tahun lalu.

Dari segi individual, kayaknya juga nggak ada tuh orang yang sudah punya penghasilan dua, tiga atau bahkan empat digit kemudian di tahun depan berharap penghasilannya turun ke angka satu digit. Atau simplenya, nggak ada orang yang apabila saat ini sudah mapan secara finansial kemudian memiliki target agar tahun depan jatuh melarat.

Target selalu meningkat. Kalau saat ini jadi pengangguran, tahun depan harus sudah bekerja. Kalau saat ini bekerja, tahun depan harus naik jabatan. Kalau saat ini sudah naik jabatan, tahun depan harus memiliki perusahaan sendiri. Logis bukan?

Simple things ya..

Dulu saat SMP, targetku adalah bagaimana caranya bisa masuk SMU favorit, dan aku merasa hal itu sungguh berat. Namun, setelah berhasil, di situ aku tersadar, Wow, I did!

Apakah targetku berhenti di sini?
Tentu tidak. Setelah masuk SMU favorit, targetku kemudian meningkat lagi, masuk kampus idaman. Hati kecilku sering bertanya: bisa nggak ya masuk Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur SPMB (sekarang, SNPMTN)? Setelah diterima di UI, targetku meningkat menjadi "bagaimana caranya dapat IPK yg oke" kemudian naik lagi menjadi "bagaimana caranya lulus cepat" Dan setelah lulus, target berubah menjadi "bagaimana caranya memiliki bisnis sendiri sebagai tahap awal menuju financial freedom"

Setelah kerja, selanjutnya punya mobil, lalu apartemen/rumah, lalu 'menikah dgn orang yg tepat'. Sudah menikah, selanjutnya 'punya anak'...terus dan teruuuss seperti itu..nggak ada habisnya!

Bahkan kalaupun semua target hidup sudah tercapai, masih ada target yg lain lagi : Bisa nggak ya nanti masuk surga? Bisa nggak ya nanti menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur? Bisa nggak ya meninggal dalam keadaan khusnul khotimah?

Beruntung, aku mempelajari ttng itu semua saat kuliah. Ada satu mata kuliah bernama : Tingkah Laku Manusia, chapter Tugas dan Perkembangan Manusia. Simplenya, target hidup seseorang pasti cenderung meningkat, sesuai kondisi biopsikososialnya. Apabila seseorang tidak sadar akan kebutuhan dan target yg harus dicapai maka lingkungan dan norma yang akan menyadarkan. Misal : Saat kuliah, orang tua sering banget memberi pertanyaan : Kapan skripsi? Kapan cumlaude? Kapan wisuda? Kapan kerja? Kapan punya pacar? Kapan nikah? Kapan punya anak? Kapan naik haji?

The moral is dalam hidup, hari ini, nanti, atau besok, kita akan dihujani oleh sejuta pertanyaan 'kapan' dan akan selalu di hantui dengan yang namanya 'target'. Jadi, mulai sekarang, jangan takut lagi dengan target dan jangan panik bila target meningkat! Target dan deadline adalah sesuatu yang normal. Tanpa target, tuntutan, ancaman ataupun deadline, hidup akan datar dan bahkan mungkin kita jadi tidak pernah mengeluarkan kemampuan terbaik kita.

Target mungkin membuat kita selalu seperti orang yang dikejar anjing gila tapi secara pribadi, aku bahkan tidak tahu bagaimana orang-orang di luar sana bisa menjalani hidup tanpa adanya target yang jelas. Betapa membosankan hidupnya, karena tanpa tantangan, tanpa target, tanpa deadline, hidup tidak akan 'seru dan menyenangkan'.

Kenapa aku begitu yakin kalau kita bisa memenuhi target apapun itu? Karena selama ini kita sudah membuktikan bahwa kita memang mampu untuk 'dinaikkan targetnya'. Bukankah sudah terbukti? Kita yang dari lahir dengan target pertama yg sangat sederhana : belajar merangkak, lalu naik menjadi belajar berjalan, lalu lanjut ke belajar menulis, berhitung, terus dan terus hingga saat ini.

Apapun targetmu, entah itu mencari pekerjaan yg lebih baik, mencari klien, ingin kuliah S2 atau ambil S3, naik jabatan, atau mungkin mencari pendamping hidup yg tepat, just keep up your good work. Jangan menyibukkan diri dengan mengeluh, lakukan sebaik yg kamu bisa karena makin tinggi derajat kemuliaan seseorang maka makin tinggi tuntutan yang harus dilakukan.

Ditantang target? Tantang balik! Karena sesuatu yang sulit itu bukan berarti tidak mungkin bukan?

Keep fighting, see you on top!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun