Dengan Lagu, Tidak Ada Kesedihan di Surabaya (Cerita Hari Pahlawan)
Hari Pahlawan ini saya akan bercerita tentang lagu-lagu romantisme pertempuran yang paling hebat selama sejarah militer modern.
Mengapa lagu yang diulas tentang hari pahlawan? sabar ya....ini mau saya ceritakan.
Semua pasti sudah tahu 20 ribu pasukan terkuat Inggris menepati janjinya untuk menghancurleburkan Surabaya di tanggal 10 November 1945 pukul 6 pagi.
Semua senjata terkuat Inggris ditembakkan ke Surabaya. target 3 hari ternyata molor menjadi 3 minggu lebih untuk menguasai kota Surabaya. Catatan sejarah 300 ribu orang meninggal pada pertempuran ini bahkan ada yang lebih ekstrim..mengatakan bahwa 750 ribu orang meninggal.
Tetapi ini Surabaya. Mentalitas berbeda dengan lainnya. Surabaya merupakan panci adukan semua etnis, agama, suku dan ras. Siapapun yang datang ke Surabaya sudah pasti akan disebut sebagai arek Surabaya.
Mentalitas di sini tidak mengenal rasa takut. Dengan pecahnya pertempuran 10 November 1945, Surabaya hancur tetapi rasa takut dan sedih tidak terpancar di Surabaya.
Banyak kisah di pertempuran ini yang dituliskan sebagai lagu oleh para pejuang. Rata-rata yang menulis lagu ini adalah para pejuang dari Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Karena mereka sudah terpelajar.
Salah satunya cerita tentang lagu "Temanku Pahlawan"
Teringat kukan padamu , pahlawan Indonesia
waktu kau hendak kembali ke alam yang baka
Terbayang roman mukamu yang suci dan berseri
saat tiba 'kan menghadap kehadirat illahi
Dengan tulus dan ikhlas kau korbankan jiwamu
kau basahilah bumi dengan darah ksatria mu
Tak akan leyam jasamu , dari pada ingatan perjuangan ku teruskan,sampai ke akhir zaman
Saat itu selesai pertempuran 10 November dan Surabaya dikosongkan yang artinya hanya segelintir pasukan elit saja yang tinggal di Surabaya untuk menghancurkan mental Inggris. Pasukan lainnya memilih bergerilya di luar Surabaya.
Seorang anggota TRIP yaitu Soewandi, bersama dengan 6 orang anggota TRIP Jatim lainnya terluka parah dalam suatu pertempuran jarak dekat di daerah perbukitan Krian pada tanggal 24 Februari 1946.