Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kolumnis

3 Juli 2015   18:43 Diperbarui: 3 Juli 2015   18:43 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ternyata kalau dilirik ke masa lalu, saya memang memiliki antusiasme tersendiri dengan dunia media massa. Dunia media massa itu bagi saya sangat dinamis, apalagi pada saat-saat awal mendapat kesempatan menyaksikan CNN melalui televisi.

Kalau dalam bentuk media elektronik lainnya seperti radio, sama saja, dari kecil radio itu sangat berpengaruh. Apalagi karena kami dulu tinggal satu rumah dengan kakek yang secara rutin mendengarkan siaran radio luar negeri yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia seperti VOA, BBC dan Radio Australia. Jadi tidak heran kalau pagi-pagi bangun tidur, sebelum sekolah, sudah dijejali berbagai informasi dari siaran luar negeri tersebut. Dulu, saya membayangkan, alangkah menyenangkan mendapat kesempatan berprofesi sebagai jurnalis di luar negeri tersebut.

Kebiasaan mendengar radio siaran luar negeri itu masih terbawa pada awal masa kuliah saya. Pagi-pagi sudah bangun dan mendengarkan siaran luar negeri. Tapi yang berbeda saat itu adalah saya sudah kost di daerah Bendungan Hilir, Jakarta. Tetangga di kamar sebelah, kehidupannya agak terbalik dengan aktivitas pekerja umumnya karena yang menempati kamar kiri dan kanan saya adalah para trader valas. Justru mereka ini tahu benar kebiasaan saya mendengar siaran radio luar negeri itu karena mereka baru pulang kerja ketika saya bangun pagi seperti itu dan memutar siaran luar negeri.

Untuk media cetak seperti surat kabar dan majalah sama saja. Dulu saya sangat menggemari majalah Intisari. Kalau surat kabar, ya sudah jelas Kompas. Sekarang media massa sudah semakin difasilitasi perkembangan teknologi digital. Dan antusiasme saya ternyata tidak pernah berkurang. Kekaguman terhadap jurnalis-jurnalis senior sebagaimana kalau saya saksikan di televisi CNN tidak pernah berkurang. Semakin sering saya menikmati saluran TV berita dari luar negeri, sebut saja misalnya CNN, CNA dan Al Jazeera. Dan saya juga suka menyaksikan serial TV “The Newsroom”.

Sampai saat ini juga saya memiliki kekaguman dengan kolumnis di surat kabar seperti Kompas misalkan Pak Trias Kuncahyono dan Bre Redana (banyak lagi sih yang lainnya). Kalau di Jawa Pos tentunya lebih mudah bagi saya untuk sebut namanya: Pak Dahlan Iskan. Terus terang, saya sendiri baru mengenal banyak tentang Jawa Pos sejak Pak Dahlan Iskan ganti hati itu.

Supaya fair juga biar saya sebut Kang Pepih Nugraha di Kompasiana yang telah berbaik hati mendedikasikan diri untuk Kompasiana. Mengapa demikian ? Karena atas kekaguman saya pada para jurnalis itulah saya merasa sangat difasilitasi melalui Kompasiana ini menyalurkan antusiasme saya terhadap bidang media massa.


Walaupun tidak berprofesi sebagai jurnalis sejatinya yang membuat saya merasa antusias itu, pada Kompasiana saya merasa ada kesempatan bagus menyaingi kolumnis-kolumnis terkenal dari mainstream media itu. Sombong ? Biar sajalah. Harus mempunyai tekad jika ingin maju bukan ? Paling tidak, selalu ada cara untuk menjadi kolumnis yang lebih baik di media warga ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun