Mohon tunggu...
Damara Damara
Damara Damara Mohon Tunggu... profesional -

a real man

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kebijakan Ekonomi Jokowi (Terbukti) Gagal

19 Mei 2015   13:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebijakan Jokowi mencabut subsidi BBM 300 trilyun menurut dirinya adalah sebuah keberanian yang terus dibanggakannya. Sombong nian Presiden satu ini. Menurut saya kebijakan penghapusan subsidi dikala awal pemerintahannya adalah kebijakan yang keliru dan berakibat bunuh diri bagi dirinya sendiri. Kedua, performa kabinet, khususnya menteri bidang perekonomiannya juga sangat terang benderang kacau. Berbagai kebijakan antar sektor masih tumpang tindih, kebijakan linier karut marut, dan ekonomi mikro tergerus negatif - bergerak menurut yang makin lambat laun akan makin menuju kegagalan berbabai kebijakan ekonomi Nasional.

Bagaimana bisa semua itu terjadi ?

1. Pemilihan tim Ekonomi bukan merupakan orang terbaik dibidangnya, beberapa masih belajar dan kebingungan akan tugas utamanya di kabinet,

2.Koordinasi tidak terarah, sepertinya pemerintahan Jokowi jalan masing-masing dan tidak fokus, sehingga makin menyengsarakan rakyat. Kini dimana-mana rakyat mengeluh akan mahalnya barang kebutuhan pokok. Apabila makin memburuk maka rakyat akan marah, Jokowi Insyaallah akan jatuh !

3.Inflasi tidak terkendi, apabila harga dasar makin membumbung, harga listrik naik lagi akan berakibat ekonomi biaya tinggi, bukti kegagalan pemerintahan Jokowi yang tidak pro rakyat.

Kegagalan kebijakan perekonomian dilihat dari berbagai dan tata dan fakta mencatat ekspor yang cenderung terus turun. Nilai ekspor per Januari-Maret 2015 mencapai 39,13 miliar dolar AS atau telah turun 11,67 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2014. Selain itu juga ekspor nonmigas mencapai 33,43 miliar dolar AS atau turun 8,23 persen. Di sisi lain ,per Maret 2015 , impor meningkatsebesar 12,58 miliar dolar AS, atau naik 9,29 persen dibanding impor Februari 2015 dan turun 13,39 persen jika dibanding impor Maret 2014. Juga data impor migas meningkat sebesar 2,27 miliar dolar AS, atau naik 31,89 persen disbanding Februari 2015 sebesar ,72 miliar dolar AS. Sementara nilai ekspor Indonesia per Maret 2015 mencapai 13,71 miliar dolar AS, atau turun 9,75 persen.


Secara objektif kita bisa melihat secara nyata nilai tukar industri dasar (nelayan/petani) per April menurun 1,37 persen dibanding Maret 2015. Sedangkan inflasi naik sebesar 0,36 persen per April akibat kenaikan indeks pada komponen inti 0,24 persen, komponen yang harganya diatur pemerintah 1,88 persen. Sementara nilai tukar rupiah merosot, hingag Rp 13.202 per dolar AS.

Bahkan cadangan devisa terkuras dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut akibat peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah. Sementara realisasi penerimaan pajak menurun 5,63 persen, dari Rp 210,057.05 triliun Maret 2014, menjadi Rp 198,226.53 triliun Meret 2015.

Berdasarkan fakta dan data diatas maka tindakan utama yang harus diambil adalah :

1. Reposisi kabinet !, reshufle mutlak dilakukan dalam bulan Mei ini, tempatkan orang yang tepat pada jajaran perekonomian. Ganti menteri Keuangan dan Menko Perekonomian adalah tindakan yang mendesak dilakukan agar ekonomi nasional tidak semakin hancur,

2.Turunkan harga agar masyarakat tidak lagi mengeluh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun