Mohon tunggu...
Andradika Fasya
Andradika Fasya Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotlier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels

hotelier yang suka nulis, hidup di Bali dan Brussels

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melankoli Bramastya

4 April 2024   10:37 Diperbarui: 4 April 2024   12:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu, Bramastya pernah mengenal kebahagiaan dan cinta, tetapi sekarang hidupnya diselimuti oleh tabir kesedihan, hatinya berat dengan beban kehilangan.

Semuanya dimulai beberapa tahun yang lalu ketika Dirinya bertemu dengan cinta sejatinya, Erika. Cinta mereka seperti bunga yang lembut, mekar di bawah hangatnya matahari pagi. Mereka berjalan berpegangan tangan di padang rumput yang dihiasi oleh bunga-bunga yang indah, berbagi rahasia yang didengar di bawah langit, dan bermimpi tentang masa depan yang dipenuhi dengan cinta dan tawa.

Tapi takdir datang dengan tangan yang kejam. Erika jatuh sakit parah, tawaannya mati, semangatnya yang bersemangat memudar. Meskipun doa-doa telah dihantarkan Bramastya menuju langit, dan perawatan dari para dokter telah dilaluinya, Erika  tetap pergi  darinya, meninggalkan dengan kenangan dan gema sedihnya. Sejak hari itu, dunia Bramastya telah seperti lanskap yang sunyi, hatinya terasa sakit oleh kepergian kekasihnya. Dia berkeliling kota ke kota seperti hantu, langkahnya berat dengan kesedihan, matanya ditemani oleh kenangan masa-masa bahagia bersama Erika. 

Setiap hari, Bramastya  mengunjungi makam Erika, dengan lembut meletakkan bunga segar di atas tanah yang dingin dan berbisik kata-kata cinta ke angin.

        "Aku tak pernah meninggkalkan Erika, dia akan selalu ada di hariku, di hatiku" ungkapnya suatu hari. Dia mencari kedamaian dalam dekapan alam yang tenang, menemukan kenyamanan dalam desiran lembut daun dan belaian lembut angin. Tapi bagaimanapun dia mencoba, Bramastya tidak bisa melepaskan cengkeraman tak henti-hentinya dari kesedihan yang memegangnya. Harinya diisi dengan kekosongan yang mendalam, malamnya dihantui oleh mimpi senyum manis Erika.

 

Satu tahun berlalu, Bramastya tetap terjebak dalam labirin duka, hatinya membeku di dalam waktu sementara dunia berputar di sekitarnya. Teman-temannya menyaksikan dengan sedih cahaya memudar dari mata Bramastya, hati mereka terasa berat karena simpati untuk lelaki yang telah kehilangan begitu banyak. Namun di tengah kegelapan, kilauan harapan berkedip seperti bintang yang jauh di cakrawala. Karena bahkan di dalam kesedihan yang mendalam, cinta memiliki cara untuk kembali ke dalam hati mereka yang berani percaya.

Suatu hari yang sejuk, ketika Bramastya berdiri di depan makam Erika terpaku dalam lamunan. dia berdiri di samping makam Erika, dia merasa seakan-akan dunia di sekelilingnya berhenti berputar. Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya, dan aroma tanah basah menyelimuti udara, dia menutup mata dan berdoa, membiarkan kenangan Erika mengalir di dalam pikirannya.

Dan kemudian, seolah-olah dia melihat bayangan Erika muncul di hadapannya. Wajahnya yang lembut dan senyumnya yang hangat menyapa Daniel, membawa rasa kedamaian ke dalam hatinya.

        "Mengapa kau datang padaku, Erika?" tanya Bramastya dengan suara yang bergetar, mencoba menangkap setiap kata yang diucapkan oleh bayangan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun