Mohon tunggu...
A. S. Narendra
A. S. Narendra Mohon Tunggu... Administrasi - Tunggu sebentar, tulisan belum selesai diketik...

Jika kau bukan anak raja dan bukan anak Ulama besar, maka menulislah. --Imam Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"Ganyang Malaysia!" dan Kenangan Tentang Usman-Harun

11 November 2014   04:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:07 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayup-sayup masih terdengar suara tentang Singapura, negeri mungil di utara Indonesia yang dihabisi netizen karena perilaku penipuan terhadap turis Vietnam, Pham Van Thoai di Sim Lim Square. Baca detail berita selengkapnya di sini. Di "sisa" hari pahlawan ini, suara sayup itu itu kemudian berganti dengan bisikan untuk mengenang Usman & Harun, dua orang patriot Bangsa Indonesia yang pernah menghancurkan MacDonald House Orchad Road di Singapura. Kedua anggota satuan elite KKO (sekarang TNI AL) menjadi eksekutor "Ganyang Malaysia!" yang dikumandangkan Bung Karno. Bagaimana Bung Karno tidak murka, ketika demonstrasi anti-Indonesia tanggal 17 September 1963 di Kuala Lumpur, para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Sukarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksa beliau untuk menginjak lambang negara tersebut. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="KHALID Yunus dan Samy Vellu menaikkan bendera Malaysia di Kedutaan Indonesia dan menurunkan lambang Pancasila. (sumber: http://ww1.utusan.com.my)"][/caption]

Bung Karno murka dan mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia tersebut. Beliau ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Bung Karno memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau yang sangat bersejarah berikut ini:

“ Kalau kita lapar itu biasa Kalau kita malu itu djuga biasa Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu! Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat dan kita djuga masih memiliki martabat Yoo...ayoo... kita... Ganjang... Ganjang... Malaysia Ganjang... Malaysia Bulatkan tekad Semangat kita badja Peluru kita banjak Njawa kita banjak Bila perlu satu-satu! Sukarno ”

Kembali ke Usman-Harun. Usman memiliki nama asli Sersan KKO Janatin alias Usman bin Haji Muhamad Ali, sedangkan Harun bernama lengkap Kopral KKO Tohir alias Harun bin Said. Akhirnya pada hari Kamis, 17 Oktober 1968, tepatnya pukul 06.00 pagi,  keduanya menjalani hukuman gantung di dalam penjara Changi, Singapura. Jenazah mereka kemudian dibawa ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Apakah Usman & Harun menyerah begitu saja ketika ditangkap hingga dihukum mati? Tentu tidak, mereka dipaksa mengaku. Silahkan baca ini.

Atas digantungnya Usman-Harun, Bung Hatta bersumpah "Saya kecewa sekali dengan dihukum matinya Usman dan Harun. Saya bersumpah tidak akan pernah menginjakan kaki ke Singapura,". Hatta menempati sumpah Beliau tersebut sampai akhir hayatnya. Sumpah itu bertahan selama 12 tahun, dari 1968 sampai 1980, kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Untung Suropati di sini.

Merespon kematian Usman-Harun, Rizki Ridyasmara menuliskan dalam buku 'Singapura Basis Israel Asia Tenggara', "Kala itu bahkan terdengar suara bahwa KKO sudah siap menyerang Singapura dan dalam tempo dua jam sanggup menenggelamkan negara kecil tersebut ke dasar Selat Malaka". Rizki juga menuliskan bahwa ancaman KKO tersebut bukan gertakan semata. Saat itu, kekuatan armada perang Republik Indonesia warisan Presiden Sukarno sangat ditakuti di Asia Tenggara. Baca ini.

Pada hari yang sama ketika Usman dan Harun digantung untuk kejayaan bangsa ini, Pemerintah RI di bawah kepemimpinan Presiden RI Soeharto, menganugerahi keduanya dengan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI Nomor 050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Oktober 1968.

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Sumber: www.kompas.com"]

[/caption]


Tahun 2014 ini adalah 46 tahun sejak gugurnya Usman dan Harun. Apa yang sudah kita lakukan untuk ibu pertiwi ini?

Doaku untukmu Usman dan Harun. Kami pun akan segera menyusulmu juga sebagai pahlawan, entah pahlawan bagi keluarga, bagi bangsa-negara, asalkan jangan menjadi pahlawan kesiangan yang membela para politisi yang memiliki kepentingan golongan. Mari kita bersatu, jangan ganyang Malaysia, kasihan. Ganyang saja sifat kepengecutan dirimu...

Salam hormat untuk Usman-Harun,

Jogjakarta, 10 Nov. 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun