Kehidupan milenial lebih tertarik pada pemberitaan seputar life style,film,olahraga,dan media sosial . Sedangakan,perihal pemilu dan isu politik dianggap sebagai urusan orang tua dan tidak sesuai dengan rutinitas keseharian mereka.Â
Politik dianggap sebagai barang kuno yang tidak memiliki daya jual. Padahal, golput adalah suatu bentuk kemunduran peradaban berdemokrasi.
Melihat fenomena tersebut,sudah menjadi tantangan bagi kita' kaum milenial' untuk meningkatkan kesadaran berpolitik. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pendidikan politik dengan cara-cara kreatif.Â
Saat ini, mulai banyak calon-calon legeslatif baik di tingkat daerah maupun pusat yang berasal dari kalangan muda. Dengan adanya kehadiran mereka, harapannya dapat menjadi magnet yang menarik rasa simpati generasi milenial untuk peka terhadap isu politik serta tidak memilih untuk golput.
Meski dipadandang sebagai generasi yang tidak peka politik,tetap saja ada sebagian dari generasi milenial yang aktif bahkan lebih dari generasi tua. Mereka menuangkan gagasan politik dengan memanfaatkan media sosial.Â
Pemanfaatan media sosial dianggap lebih praktis karena informasi yang dituangkan tergolong cepat dan meluas. Berbeda dengan metode-metode sebelumnya yang bersifat konvensional dan cenderung memakan waktu yang lama.
Tentu dengan kehadiran media sosial sebagai instumen  dalam sosialisasi politik dapat memberikan sensasi baru yang bermuara pada peningkatan partisipasi politik generasi milenial.Â
Pesan yang dikemas menarik serta sarat akan substansi diharapkan mampu memberikan pemahaman bukan sekadar 'nyumbang suara'. Sehingga apa yang menjadi pilihan politik generasi milenial adalah murni karena kesadaran dan bukan karena arahan.
Jumlah pemilih milenial yang tidak sedikit ini jangan pula dijadikan sasaran empuk politisi yang memanfaatkan kondisi idealis pemuda yang mudah sekali dipengaruhi. Perlu sikap yang tegas dalam prefensi politik,alasan memilih dan ketertarikan gagasan.Â
Serta mendorong generasi milenial peka politik melalui kampanye antigolput sehingga apa yang disebut pemilu dapat betul-betul mencermikan kehidupan berdemokrasi. Karena pada hakikatnya pemilu adalah bukan soal mencari yang terbaik melainkan mencegah yang terburuk berkuasa.