Mohon tunggu...
Perlando Lubis
Perlando Lubis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Making Teachers 4.0

12 Oktober 2018   08:00 Diperbarui: 12 Oktober 2018   08:14 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Secara khusus, penguasaan dan keterampilan dalam TIK menjadi isu sentral pada era sekarang dan Revolusi 4.0 nantinya. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran sudah merupakan 'sarapan' di kelas. Dengan hadirnya Internet, guru sudah bukan lagi sumber utama belajar, melainkan salah satunya. Sedangkan perihal pengetahuan pedagogis dan keilmuan/profesionalnya, bagi guru itu sudah menjadi keharusan.

Nah, bagaimana supaya guru memiliki TPACK (keempat kompetensi tersebut plus penguasaan TIK dan pengembangan karakter peserta didik) tersebut? Jawabannya, ada dua inisiator yang terlibat.

Inisiator pertama adalah guru yang bersangkutan. Tak pelak lagi, guru merupakan pembelajar sepanjang hayat disamping menjalankan tugas dan tanggung jawabnya mentransfer ilmu dan mendidik. Pendidikan yang diperoleh di perguruan tinggi menjadi modal dasar untuk mengaplikasikan ilmu dan pengalamannya. Tapi tentu saja itu belumlah cukup.

Guru diharapkan memiliki intrinsic motivation (motivasi dari diri sendiri) yang kuat untuk terus belajar. Beragam pilihan bisa ditempuh seperti studi lanjut, pelatihan, workshop, dan in-house training (IHT). 

Tidak hanya secara tatap muka, pembelajaran pun kini bisa ditempuh secara daring atau online. Pengetahuan, pengalaman dan keilmuan dari guru yang terus belajar tak lekang oleh zaman dan tak akan lapuk oleh usia. 

Dengan kata lain, jangan menjadi guru yang menghuni zona nyaman yang dikhawatirkan berujung pada situasi yang digambarkan oleh H. Douglas Brown sebagai fossilization, yakni situasi dimana guru tidak mau berubah atau diubah. Sebaliknya, cenderung teguh pada pola-pola mengajar yang itu-itu saja, sudah membatu alias fossilized. 

Jika dalam dunia industri, Revolusi 4.0 diklaim menggerus perusahaan-perusahaan besar yang cenderung sulit untuk berubah (baca: berinovasi atau beradaptasi dengan zaman), maka dalam dunia pendidikan, guru yang membatu dengan gaya lama juga akan tergerus dan bahkan tak berdaya. Dan one important point to ponder, diberlakukannya MEA mengharuskan para guru untuk update dan upgrade karena jika tidak, serbuan guru ekspatriat akan menjadi ancaman bagai guru lokal. Atau malah sudah?   

Selain inisiasi dari guru secara individual, pemenuhan akan TPACK perlu melibatkan inisiator yang lain, inisiator eksternal. Setidaknya ada empat pihak yang menjadi inisiator eksternal, yakni: sekolah tempat guru bernaung, yayasan (terutama bagi sekolah swasta), MGMP dan asosiasi guru. 

Keempat inisiator eksternal ini diharapkan menelurkan program-program nyata secara periodik dan berkesinambungan. Porsi professional development dan enrichment program yang diusung oleh kelompok inisiator eksternal ini harus lebih besar.

Dalam pelaksanaannya, narasumber bisa saja berasal dari internal masing-masing inisiator. Misalnya, dalam lingkup sekolah sebagai inisiator eksternal, guru tertentu di suatu sekolah bisa berbagi kisah sukses kepada teman sejawat dalam konteks peer-learning. Demikian pula praktik tersebut bisa diterapkan pada ketiga kelompok inisiator eksternal lainnya. Selain berasal dari internal, narasumber bisa merupakan outsouring professionals. 

Keempat inisiator eksternal tentunya bekerja sama dengan, misalnya institusi pendidikan tinggi, penerbit buku, institusi atau jawatan yang dikelola pemerintahan, perusahaan atau profesional perseorangan (utamanya bagi sekolah kejuruan), dan lain sebagainya. Dengan demikian akan tercipta hubungan linear simbiosis mutualisme antarjenjang dalam dunia pendidikan itu sendiri dan dunia pendidikan dengan dunia kerja.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun