Pernah nggak sih, kamu scroll TikTok atau Instagram, lalu merasa hidupmu "kurang" dibanding orang-orang di sana? Yang satu pamer mobil baru, yang lain ceritain cara resign biar bisa jadi bos sendiri, terus ada juga pasangan yang terlihat mesra tiap hari. Semua tampak mulus, mengilap, dan... mengundang. Tapi, tunggu dulu. Kenyataan nggak selalu seindah filter.
Ambil contoh Y. Tiga tahun lebih dia bertahan di sebuah perusahaan. Kariernya lumayan, gajinya cukup. Tapi satu hari, dia nonton video motivator bisnis yang bilang, "Sekecil apapun bisnismu, kamu adalah bosnya!"
Kata-kata itu menusuk hati. Y merasa seperti menemukan kunci kebebasan. Besoknya, dia sudah siap mengajukan resign.
Hasilnya? Bukannya jadi bos yang santai minum kopi sambil melihat uang masuk, Y malah kewalahan. Bisnisnya kecil, modal tipis, pemasukan nggak sebanding sama pengeluaran. Perlahan, tabungan menipis, dan hidupnya justru terpuruk. Sosmed nggak pernah cerita soal bagian ini.
Lalu ada seorang pria, sebut saja D. Saat umur 30, dia memutuskan untuk menunda menikah. Alasannya klise, belum ketemu yang cocok, ingin menikmati hidup, dan, lagi-lagi, terpengaruh narasi "single itu bebas" yang sering ia lihat di sosmed.
Waktu berjalan cepat. Sekarang umurnya 40, dan dia baru sadar, mencari pasangan di usia ini jauh lebih rumit. Bukan cuma karena faktor umur, tapi lingkar pertemanannya sudah menyempit. Story teman-teman yang dulu sering nongkrong bareng kini isinya ulang tahun anak dan acara keluarga.
Ada juga cerita sebaliknya. Seorang remaja yang baru lulus SMA langsung memutuskan menikah. Katanya sih, ingin "grow together" seperti pasangan-pasangan romantis di YouTube. Tapi kenyataan nggak semulus konten mereka.
Mental belum matang, ekonomi seret. Dua tahun kemudian, mereka berpisah. Cinta memang penting, tapi listrik, kontrakan, dan kebutuhan sehari-hari nggak bisa dibayar pakai kata sayang.
Dan yang paling bikin heboh, kisah bocah 9 tahun yang disebut-sebut "pengusaha muda". Dia bikin usaha jamu modern, di-backup penuh sama orangtuanya. Videonya viral, dengan judul "bocil perintis", menuai pujian dan cemoohan.
Ada yang kagum, ada yang bilang itu cuma privilege terselubung. Wajar saja, di balik "semangat pantang menyerah" si bocah, ada modal dan dukungan keluarga yang luar biasa.
Buat sebagian orang, mendengar anak sekecil itu bilang "seru banget jadi pengusaha" seperti tamparan halus, apalagi kalau yang bicara belum pernah merasakan susahnya hidup dari nol.