Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Belajar "Stand Up Comedy"

23 Mei 2018   05:00 Diperbarui: 23 Mei 2018   05:10 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: @kulturtava

Setiap hari saya berusaha mencatat materi-materi lucu. Maksud saya, materi Stand Up Comedy. Bukan mengadirkannya melainkan membiarkan mereka muncul ke permukaan sekitar saya. Materi itu saya catat dan begitu banyak dan andai di bawakan dalam sebuah pentas mungkin sekitar durasi sepuluh jam. 

Saya juga ingin, seperti mereka, yang dengan modal ngoceh doang bisa mendapatkan uang dan ketenaran. Tapi prioritas saya sepenuhnya bukan itu. Saya muak dengan uang dan pengaruhnya pada sistem biologis manusia, yang mampu berubah mereka jadi sombong dan tak beradab. Saya juga tak menyukai ketenaran. Bagi saya popularitas itu omong kosong. Vokalis Nirvana, Kurt Cobain, mati bunuh diri karena semua orang terpikat pada nama panggungnya. Dan ini yang membuatnya stres dan menderita. 

Tujuan saya sebenarnya singkat dan simpel. Saya cuma mau apa yang ingin saya katakan didengar oleh orang lain. Seumur hidup, sampai saya rasa akhir-akhir ini, saya merasa apa yang saya katakan tak pernah didengar oleh orang lain. Itu juga yang alasan utama saya, motivasi saya untuk menulis. Jika mereka mencegah apa yang ingin saya katakan, maka saya akan menuliskannya untuknya.  

Betapa menyenangkannya apa yang kaukatakan didengar oleh orang lain.  

Baiklah. Saya sudah punya catatan dan materi-materi lucu. Kini, yang saya butuhkan barangkali cuma dua: kesempatan dan sedikit keberuntungan. Saya yakin saya akan mendapatkannya disaat yang tepat. 

Saya hanya perlu menunggu semuanya membaik dan menyerahkan diri ikut audisi. Saya optimis saya bisa. Saya belum pernah merasa seoptimis ini. 

Di lain kesempatan, jika di rumah sedang tak ada orang, saya sering menguji isi materi-materi saya. Apakah ia cukup lucu atau cuma kebetulan lucu? 

Untuk membuktikannya, jika sedang sendiri saya belajar "open mic" di depan cermin. Saya tahu lelaki cermin itu tak pernah tertawa, namun saya tahu, begitu acaranya usai, di akan tertawa seperti seorang maniak. 

Kemudian, jika saya tidak sedang beruntung tak menemukan cermin, saya akan tetap belajar membawakan materi-materi saya itu. Mendemonstrasikannya dalam benak saya. Menguji materinya dalam kepala saya sendiri. 

Nah, jika kalian kebetulan bertemu saya sedang melamun di suatu tempat, misalnya, di taman, atau di pinggir jalan, atau dimana pun, sebaiknya jangan mendadak menyentuh pundak saya. Karena saat itu saya sedang open mic. Saya bisa saja memukul hidung teman-teman sampai mimisan kalau saja saya seketika itu mengabaikan etika sopan-santun. Dan menganggap kalian musuh yang layak diperangi. 

Namun teman-teman jangan khawatir, itu cuma gertak sambel. Saya sama sekali tak punya keinginan memukul seseorang, apalagi membuatnya sampai berdarah-darah. Saya cuma kadang-kadang, berharap ingin menendang bokong orang yang saya benci. Tapi saya tak pernah berani melakukannya. Pertama, karena bokong itu terlalu jauh dari jangkauan saya. Kedua, karena saya mesti belajar materi yang selama bertahun-tahun ini telah saya timbun seperti sampah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun