Mohon tunggu...
Andiva Sumaga
Andiva Sumaga Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai, nama saya Andiva Qur'aini Sumaga dari Sulawesi Utara. Saya sangat senang menulis puisi, menurut saya puisi bukan hanya sekedar karya sastra, menulis puisi adalah cara saya menemukan kebebasan. Dalam kungkungan moral sosial yang membuat manusia hidup dalam kemunafikan, saya memilih jalan saya sendiri sebab saya percaya, kaum Petualang senantiasa memilih jalan yang lebih sepi dan tak pernah menyongsong fajar di tempat yang sama. Selamat membaca, dalam setiap baitnya saya sisipkan doa semoga setiap nyawa yang singgah mampu merasakannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Avoidant Mind : Mengapa Kita Lebih Suka Menghindar daripada Menghadapi Kebenaran

15 Oktober 2025   00:53 Diperbarui: 15 Oktober 2025   00:53 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Studi oleh Ebrahimi & Hamedani (2023) menunjukkan bahwa gaya keterikatan penghindar memiliki korelasi positif dengan fear of intimacy (ketakutan terhadap kedekatan emosional) dan korelasi negatif dengan kepuasan hubungan. Dengan kata lain, semakin tinggi kecenderungan menghindar, semakin besar ketakutan terhadap keintiman dan semakin rendah kepuasan dalam hubungan.

Mengapa Penghindaran Menjadi Mekanisme Coping yang Dominan

Di antara berbagai bentuk strategi penyesuaian diri, penghindaran menjadi salah satu yang paling umum digunakan. Alasannya sederhana: ia tampak lebih mudah, cepat, dan tidak menuntut konfrontasi emosional. Dalam jangka pendek, penghindaran menurunkan tingkat stres dan menciptakan ilusi kendali. Namun, seperti dijelaskan dalam meta-analytic review oleh Li & Chan (2012) terhadap 73 studi (21.602 individu), gaya keterikatan penghindar secara konsisten berkorelasi negatif dengan kualitas hubungan romantis, kepuasan emosional, dan dukungan antar pasangan.

Fenomena ini semakin diperkuat oleh realitas digital saat ini. Ghosting, silent treatment, atau emotional withdrawal kini lebih mudah dilakukan melalui media sosial. Individu dapat "menghilang" tanpa konfrontasi langsung, menjadikan penghindaran sebagai strategi yang semakin terinternalisasi dalam interaksi modern.

Dampak Penghindaran terhadap Kesehatan Hubungan

Secara jangka panjang, penghindaran memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan hubungan. Pihak yang berusaha terbuka akan merasa diabaikan, sementara pihak penghindar merasa tertekan oleh kebutuhan kedekatan pasangannya. Ketidakseimbangan ini menciptakan siklus emosional yang melelahkan: semakin satu pihak berusaha mendekat, semakin pihak lain menjauh.

Dalam sebuah Penelitian ditemukan bahwa individu dengan gaya keterikatan penghindar menunjukkan penurunan kepuasan hubungan ketika nostalgia atau emosi mendalam diaktifkan,mereka cenderung mematikan reaksi emosional alih-alih memprosesnya.
Dalam beberapa kasus, penghindaran juga berhubungan dengan perilaku yang lebih kompleks, seperti relational aggression (agresi dalam relasi) atau bahkan kecenderungan infidelity. Sebuah studi yang diterbitkan di PubMed (2011) menemukan bahwa individu dengan avoidant attachment memiliki ketertarikan lebih tinggi terhadap alternatif romantis dan lebih permisif terhadap perselingkuhan.


Menghadapi dan Mengelola Perilaku Penghindaran

Menghadapi seseorang dengan kecenderungan menghindar menuntut keseimbangan antara empati dan batas diri. Pendekatan yang penuh tekanan atau tuntutan justru akan memperkuat reaksi defensif mereka.
Sebaliknya, komunikasi yang lembut dan berbasis empati dapat membuka ruang aman bagi mereka untuk belajar hadir secara emosional. Contohnya, mengganti pernyataan menyalahkan ("Kamu selalu lari dari masalah") menjadi pernyataan berbasis perasaan ("Aku merasa tidak didengar ketika kamu memilih diam") dapat mengurangi resistensi.

Namun, empati tidak berarti mengorbankan diri. Menetapkan batas emosional penting untuk mencegah kelelahan psikologis. Dalam kasus yang lebih kompleks, terapi kognitif perilaku (CBT) atau Emotionally Focused Therapy (EFT) dapat membantu individu mengidentifikasi pola berpikir yang membuat mereka menghindar, serta membangun kembali rasa aman dalam hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun