Ketika seseorang kentut di depan orang-orang lain itu tidak melanggar hukum, tetapi dia sudah melanggar etika. Begitupun ketika seseorang membuang sampah di sembarang tempat di negeri ini. Tindakan ini tidak melanggar hukum tapi sudah melanggar etika.
Anda memarkirkan mobil di tepi jalan sempit sehingga menggangu lalu lalang kendaraan lain, meskipun tanpa ada rambu tanda dilarang parkir atau berhenti, Anda memang tidak melanggar UU lalu lintas tetapi Anda telah melanggar etika.
Dan, lihatlah menjelang pesta demokrasi yg jatuh pada tgl. 17 April 2019, banyak dijumpai spanduk-spanduk dan banner-banner berukuran besar dan kecil dipasang di sepanjang gang-gang dan jalan-jalan. Spanduk dan banner itu digantung di tiang-tiang listrik maupun dipakukan di pohon-pohon  di sepanjang jalan bahkan di tembok-tembok. Itu memang tidak melanggar hukum, tapi itu sebenarnya sudah melanggar etika. Dan ironisnya, spanduk dan banner itu dipasang oleh para caleg (calon wakil Rakyat) dan timses calon presiden, orang nomor satu di negeri ini nantinya.
Ketika seseorang melanggar etika belum tentu melanggar hukum. Tetapi ketika Anda melanggar hukum berarti Anda pun telah melanggar etika.
Para koruptor yg tak pernah ada efek jera meskipun di-OTT terus-menerus oleh KPK, penyebabnya adalah sebagian besar dari para koruptor itu tidak paham etika dan hukum. Atau mereka itu sangat paham hukum tetapi tidak tahu etika.
Semoga ke depan para wakil Rakyat yg notabene adalah pembuat kebijakan (Undang-Undang) serta para pemimpin mulai dari RT/RW, Lurah, Camat, Walikota, Bupati, Gubernur dan Presiden paham etika dan hukum serta mematuhinya dengan tanpa melanggar etika apalagi hukum.
