CAHAYA MIMPIÂ
YANG BERSINAR DI DALAM KEGELAPAN
Â
Â
Ini adalah sedikit pengalaman pahit dan manisnya dalam pendidikanku,  yang ingin aku bagikan ke pada teman-teman yang ada di luar sana dalam bentuk sebuah cerpen.   Ini adalah Pengalaman waktu kecil dan remajaku dalam menempu pendidikan,  yang sangat sulit dimana aku harus berhadapan dengan waktu  dan berkelahai dengan badai keraguan hanya untuk menggapai cahaya  mimpi- mimpiku yang terkubur dalam debu-debu kegelapan.
Di sebuah kampung kecil yang bernama rauki , yang terletak di pulau waigeo utara kabupaten raja ampat provinsi papua barat daya.
Pagi itu sinar matahari mulai terbit kicaun burung-burung membangunkan aku dari tidurku.  Perkenalkan namaku andi teis aku adalah seorang anak kampung yang terlahir dari  keluarga yang kurang mampu tapi itu tidak bisa untuk memadamkan api semangatku,  dengan segudang mimpi-mimpi  aku  bertekat untuk meraihnya. Sekolah adalah jembatan menuju masa depan yang kuimpikan, tempat dimana ilmu pengetahuan menjadi bekal yang sangat berharga bagiku.
Namun, perjalananku ini tidak selalu mulus. Ada kalanya semangatku  luntur diterpa badai  keraguan. Di desa tempat aku tinggalku, dengan segala kekurangan dan keterbatasan fasilitas, membuat aku merasah sedih. Kadang aku iri melihat teman-temanku yang di kota yang mempunyai segalanya dan mudah dalam mengakses informasih dan belajar.
Namun, api semangat juanku tak prnah padam. Ayahku adalah seorang nelayang sederhana, yang selalu mengingatkan aku, "nak, ilmu adalah harta karun dan kekayan alami yang tak akan pernah habis. Jangan pernah menyerah pada keadaan. "kata-kata itu menjadi kekuatan yang menguatkan langkah-langkahku.
Di sekolahku tepatnya di SMK YPK Buki  Zaitun Kota Waisai Raja Ampat, aku belajar dengan tekun. Setiap mata pelajaran terasa seperti petualangan baru bagiku. Aku sangat menyukai buku-buku  filsafat, terutama saat aku mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan dari para filsuf yang sangat menakjubkan. Logika pun tak kalah menarik, dengan gagasan-gagasan yang selalu membuatku penasaran.
Namu, yang paling bekesan adadah saat aku mengikuti ekstrakulikuler sosialisai, debat, cerdas cermat, dan pidato. Disana, aku belajar menjawabdan menyampaikan gagasan-gagasan, berargumentasi dengan logis, dan berani berbicara didepan umum. Pengalaman ini bukan hanya mengasah kemampuanku berpikir dan berbicara, tetapi juga membangun rasa percaya diri yang sempat diterpa badai keraguan.