Lirik merupakan salah satu unsur penting dalam lagu. Meski beberapa pendengar musik berbeda-beda. Misalnya ada kecenderungan pendengar musik pada musik saja baik itu gitar, band, maupun alat musik lainnya.Â
Dalam situasi ini, pendengar musik (anggap musik rock), maka layaknya role play dengan memukul apa saja meski itu pukulan kosong jika meniru drummer.Â
Jika ia meniru gitaris maka seoalah-olah di tangannya ada gitar. Namun ada juga kecenderungan pendengar atas lirik-lirik yang ada. Terlebih jika lirik tersebut sangat pas dengan suasana hati.Â
Maka Pendengar akan fokus pada lirik dan turut merasakan seolah-olah ia ada dalam lirik tersebut, baik sebagai pelaku, penonton saja mapupun sebagai korban.Â
Jika ia memposisikan dirinya sebagai korban dengan lirik yang sedih merana maka sang pendengar terkadang tidak sadar meneteskan air mata. Begitu pentingnya sebuah lirik lagu.
"..sebab kau terlalu indah dari sekedar kata, dunia berhenti sejenak menikmati indahmu.."
Lirik lagu Komang, Raim Laode sangat memanjakan telinga pendengarnya. Dengan lirik seperti potongan lirik di atas seakan menghipnotis bagi orang sedang healing sendirian.Â
Terlebih jika pendengar betul-betul berada dalam keadaan seperti seorang dengan pasangannya dalam lirik tersebut.
Lagu karya Raim Laode dengan liriknya yang memukau para pendengar khususnya generasi Z yang hanya bisa tersentuh dengan hal-hal holistik. Sehingga kapan dan di manapun, bila lagu Raim Laode tersebut diputar seakan menghantar perasaan individu ke individu lainnya.Â
Lirik tersebut memang memiliki sedikit romantisme pada setiap telinga yang mudah baper. Sehingga di telinga mereka bahwa lirik demi lirik seakan menghipnotis penggemar senja seperti generasi Z saat ini.
Sedikit heran dengan suara musik dengan lagu Komang tersebut. Ia ada di mana-mana, di story Instagram, di Tiktok, di FB, di perpustakaan, di bus malam, di cafe-cafe baca, hingga di pesawat.Â
Entah apakah saya saja yang merasakannya. Pada dasarnya saya hanya penikmat musik bukan pada lirik. Saya bukan juga penikmat musik tertentu, hanya sekedar hobi dengar, apalagi alat musik ta ada satupun saya kuasai.Â
Lirikan dari Komang berbeda dengan musik rock. Bila mendengar dan menikmatinya di senja hari atau di tempat tenang membuat kita semakin tenang. Berbeda dengan musik rock, sensasinya pun berbeda misalnya dalam suasana konser.Â
Tetapi lirikan komang, semakin kita menyendiri semakin terasa layaknya ter-komang-komang dalam romang (sebut bahasa Makassar adalah sebuah hutan yang sunyi senyap seakan menambah kerinduan pada seseorang).Â
Tak berhenti pada generasi Z bahkan beberapa influencer di media sosial cenderung menyelipkan lagu Komang ini ke dalam kontennya untuk menarik audiens lainnya.Â
Bahkan pada perayaan hari musik ini, bapak menteri Sandiaga Uno sengaja menghadirkan pencipta lagu Raim Laode yang juga komika kondang ini dalam sebuah even virtual.Â
Sehingga memang benar terkadang karena lirik lagu membuat kita menyukai sebuah musik. Terlebih seperti lirik lagu Raim Laode dengan komang ini membuat gen Z ter-komang-komang.