Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayahku La Baco Memintaku Kaya

8 Februari 2023   20:54 Diperbarui: 9 Februari 2023   11:35 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayahku La Baco Memintaku kaya (Andi Samsu Rijal)

Suatu pagi di pematang sawah, La Baco sedang asyik mengobrol bersama anaknya Sum-Sum. Entah apa yang ia bicarakan sehingga nampak lesu di muka Sum-Sum. Padi-padi dengan hamparan hijau di Belanga memberi kesejukan. Sum-Sum tak peduli dengan bisikan suasana itu. 

Nantilah dibahas Ambo! Nantilah Etta! Bujuk Sum-Sum. (Ambo dan Etta adalah sapaan anak kepada bapak).

La Baco ingin sekali menyampaikan pesannya kepada anak keduanya itu. Engkau ini anak kedua pallempa (anak kedua di masyarakat Belanga ibaratnya kayu/ alat yang digunakan untuk membawa barang yang harus sama beratnya).

Lisuno nak! (pulanglah kau nak) Seru La Baco kepada putranya.

*******

Di sebuah kampung Belanga hidup sebuah rumah tangga yang sangat rukun. Ia punya anak tiga lelaki masing-masing Basri, Sumange, dan Udin. Basri adalah anak pertama dari pasangan La Baco dengan Sumiati. Kelak anak pertamanya harus merantau ke kota untuk bersekolah sangat jauh bila ia mondar mandir setiap hari pastinya harus berangkat jam tiga shubuh tiba di rumah jam sembilan malam. Di Belanga belum ada sekolah lanjutan. Sementara harapan orang tua anak-anak itu agar mereka bersekolah sebagai bekal mereka nanti. Begitulah cara keluarga itu membina keluarganya, sebab ia tak memiliki harta warisan yang ia bisa titipkan ke anak-anak mereka kelak. Sekolah ibaratnya bokong temmawari (bekal yang tak akan basi). Sumange atau sum-sum ia harus tinggal bersama kedua orang tuanya mengingat adiknya Udin harus ikut tinggal bersama tantenya yang sedang tinggal sendiri. Ia ditinggal suami kawin cerai sejak anak-anaknya usia sekolah dasar semua. anak-anak dari tantenya sudah berangkat diasingkan di ibu kota untuk sekolah juga. Di Belanga terbilang dihitung jari anak-anak yang lanjut sekolah baik itu SMP, SMA, apalagi perguruan tinggi. Hanya keluarga tante Sumange yang bisa lanjut ke perguruan tinggi itupun mereka diasingkan sejak kecil. Mereka semua cerdas sehingga di perguruan tinggi negeri mereka semua mendapat beasiswa.

Setiap hari sum-sum (sapaan sumange) hanya bisa mendengar kisah kesuksesan dari keluarga La Baco. Sehingga kelak ia dewasa atau La Basri tamat sekolah harus tinggal bersama keluarga La Baco di kota untuk meraih cita-cita. Ia tidak bisa menempel terus di keluarga tantenya dari pihak istri La Baco sebab mereka masih beranjak menuju kesuksesan. Sementara keluarga dari pihak La Baco sudah duluan berhasil secara pekerjaan lantaran pihak keluarganya banyak mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Kecuali La Baco.

La Baco hanyalah petani padi. Sawah garapan dari milik tetangga yang sedang merantau ke Malaysia atau Sumatera. Ia tak punya warisan seperti bangsawan lainnya. Bisa saja ada, tetapi ayahnya dulu di Jaman Belanda atau tepatnya pasca kemerdekaan Republik kita ini kerja ayah La Baco kawin mawin. Kawin mawin di era dulu punya tujuan sebab kakek nenek dari ayah La Baco adalah pejuang. Ingin memperbanyak keturunan tentunya. Sebab di zaman nanti ada istilah memilih tidak punya anak lantaran sebab musabab tertentu salah satunya trauma dengan penderitaan bapak ibu mereka dulu. Atau karena lain hal sebut misalnya beda prinsip, ada prinsip yang kokoh dalam dirinya. Namun siapa sangka anak hingga cucu-cucunya akan menderita secara sosial ekonomi. Anak-anaknya harus bepergian sebab beda ibu. Sehingga La Baco sendiri tak mampu menghitung berapa jumlah ibu tirinya terlebih sepupu-sepunya. Ia hanya selalu bilang belasan kali. Suatu waktu kakak tirinya yang paling tua mengunjunginya pada saat ia dewasa.

Ini sedkitit sarung sabbe (sarung tenun) dan cincin emas. Harganya jika dijual cukup untuk menambah uang nikahmu. Carilah wanita di kampung Belanga ini yang bisa menerima kamu apa adanya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun