Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Tradisi Literasi dalam Menekan Angka Buta Aksara di Indonesia

7 Februari 2023   14:35 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:21 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Aksara itu apa? Apa itu Literasi?

Aksara dalam KBBI daring disebutkan bahwa aksara berasal dari bahasa sansakerta merupakan suku kata, karakter, suara. 

Dari aspek linguistik Aksara disebut sebagai sistem tanda grafis yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Sementara literasi dalam KBBI dijelaskan bahwa literasi merupakan kemampuan menulis dan membaca, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. 

Literasi dalam bahasa latin “literatus” yang memiliki arti bahwa seseorang individu yang sedang belajar. 

Literasi memiliki makna bias, tidak terhenti hanya di situ sebab beberapa lintas disiplin ilmu menggunakan terminology literasi. Misalnya literasi media, digital literacy (literasi digital), literasi komputer, literasi sains, literasi sosial, hingga literasi politik. 

Seiring dengan perkembangan zaman bahwa literasi merupakan sebuah praktik kultural yang berkaitan dengan aktivitas sosial politik melainkan merupakan sebuah upaya inovatif dalam peningkatan kemampuan individu atau kelompok masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang sosial dan pendidikan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sehingga dari teks bahwa aksara dan literasi adalah dua hal yang berbeda meski keduanya memiliki kedekatan makna. Keduanya memiliki tingkatan yang berbeda. Sehingga untuk mengatasi permasalahan keakasaraan kita berkaitan dengan buta huruf

Sementara rendahnya literasi kita berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan dari (sudah) mengenal aksara hingga meningkatkan kemampuan menggunakan aksara tersebut dalam aktivitas memabaca dan menulis.

Selanjutnya apa yang dimaksud di sini angka buta aksara? 

Angka buta aksara di sini merupakan ketidakmampuan membaca dan menulis. Merujuk pada definisi aksara dan literasi secara tekstual berarti peningkatan literasi dapat menekan angka keberaksaraan kita.

Angka buta aksara di negara kita yang semakin tertinggal jauh dari negara lain. Hal ini tentu menjadi permasalahan serius. Mengingat bahwa berkembang tidaknya sebuah negara dapat diukur dari tingkat keberaksaraan atau tingkat literasinya. 

Literasi menjadi salah satu faktor dalam sebuah kemajuan di suatu negara. Masyarakat yang tidak melek literasi berarti memiliki budaya yang baik, memiliki budi pekerti yang baik, kreatif, inovatif, dan dapat berkompetisi secara sehat baik di lingkungan masarakat, di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan kerja.

Di mana angka buta aksara Indonesia tinggal 1,78 %. Tingkat keaksaraan kita di Indonesia sangat memprihatinkan. Seperti fakta yang dilansir dari UNESCO, bahwa Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah terkait literasi dunia. Menurut data UNESCO minat baca masyarakat kita hanya 0,01 % orang dari total angka penduduk Indonesia.

Mengingat hal tersebut sangat urgen bagi kemajuan negara kita, tentu pemerintah kita tidak tinggal diam begitu saja. 

Beberapa program-progam terkait telah diupayakan, baik itu melalui kementerian pendidikan misalnya program merdeka belajar mulai dari level SD-Perguruan Tinggi. 

Penyelesaian permasalahan buta aksara juga pada dasarnya bukanlah sesuatu yang mencekik, meskipun itu penting. Namun penyelesainnya bisa bertahap namun arah kebijakan harus jelas. Pada dasarnya bukan program kebijakan yang harus matang saja tetapi pendampingan masyarakat yang lebih penting. 

Di sisi lain, sebagai masyarakat perlu peningkatan kesadaran dengan berangkat dari lingkungan rumah tangga. Bagian demi bagian sangat terhubung. Baik datangnya dari program pemerintah, masyarakat umum, maupun dari hal terkecil yakni individu dan keluarga.

Salah satu upaya dari beberapa platform media online, pada dasarnya juga merupakan upaya untuk menekan melek literasi kita. Di mana setiap pengguna adalah pembaca dan juga penulis. 

Saya rasa demikian juga upaya pemerintah berani untuk menciptakan ruang literasi melalui program formal. Namun upaya seperti ini tidak boleh terhenti dalam pemanfaatan teknologi saja sebab persebaran teknologi komunikasi juga belum merata baik dari segi fasilitas mapaun pemanfaatannya. Sehingga perlu ada edukasi secara langsung yang bersentuhan dengan masyarakat sasaran. 

Tentu perlu ada pemetaan titik lokasi di daerah mana saja yang memiliki tingkat paling rendah dalam bidang aksara sehingga gerakan literasi pemberantasan buta aksara dapat diterapkan. Di beberapa kota di Indonesia hampir semua memiliki perguruan tinggi. 

Dan perguruan tinggi adalah gerbong penggerak, di mana mahasiswa akan belajar di masyarakat baik belajar terkait kehidupan masyarakat maupun sebaliknya memberi edukasi terkait keberaksaraan dan pemahaman literasi. 

Mahasiswa akan bekerja nantinya lepas kuliah, namun mereka butuh bekal kesarjanaan yakni program mata kuliah kerja nyata (KKN). Salah satu program kkn adalah bersentuhan dengan masyarakat. Di masyarakat mahasiswa belajar tentang kehidupan nyata, sebaliknya mahasiswa dapat berbagi pengetahuan dari apa yang telah didapat di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah gerbong utama dalam perpanjangan tangan program pemerintah maupun perguruan tinggi. Mahasiswa adalah mitra baik pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.

Saya rasa program kkn bisa sedikit meminimalisir permasalahan yang ada sebab perguruan tinggi merupakan perpanjangan tangga dari pemerintah dalam bidang pendidikan yang nota bene di dalamnya kita memiliki permasalahan angka buta aksara dan melek literasi.

Beberapa kelompok pemustaka, yang sedang bergerak sedianya harus disupport oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 

Pemustaka tersebut jauh sebelum permasalahan ini ada pada dasarnya mereka sudah bergerak, hanya saja permasalahan saat ini memang minat dan motivasi masyarakat yang harus dipupuk. 

Permasalahan ini tentu bukan hanya permasalahan sepihak saja tetapi merupakan permasalahan bersama yang harus dihadapi dan diatasi bersama demi Indonesia yang lebih baik kedepannya.

Sedikit melirik gerakan keberaksaraan masyarakat di jaman dulu misalnya ada gerakan mendongeng buat anak sebelum tidur, ada program Si Unyil di TV setiap minggu yang saat sudah terganti dengan Gadget dan Siva Siva di program TV swasta. Siaran ini tentu tidaklah mendidik untuk kontek ke Indonesiaan kita sebab selalu menyalahkan polisi. 

Berikutnya di jaman dulu di setiap wilayah di Nusantara ini memiliki naskah epic seperti di Sulawesi Selatan dikenal dengan naskah epic La Galilgo yang ditulis dalam aksara Lontara sebagai aksara Bugis. Namun saat ini bisa kita pelajari dan bisa akses di mana saja. 

Ada hal yang menyentuh bahwa upaya tersebut juga tidak lain merupakan upaya edukasi masyarakat di jaman dulu. Sehingga di era yang sudah serba ada dan lebih canggih lagi perlu bagi siapa saja memberi layanan edukasi kepada yang mebutuhkan, tentu harus dimulai dari diri sendiri dengan membaca dan menulis.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun