Mohon tunggu...
Andi Ronaldo
Andi Ronaldo Mohon Tunggu... Konsultan manajemen dengan ketertarikan pada dunia keuangan, politik, dan olahraga

Writing is not just a hobby, but an expression of freedom. Through words, we can voice our thoughts, inspire change, and challenge boundaries without fear of being silenced.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Tradisi Ratusan Tahun Saat Paus Meninggal

21 April 2025   22:56 Diperbarui: 22 April 2025   09:00 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbandingan dengan Para Pendahulunya

Setiap pemakaman Paus selalu menjadi peristiwa bersejarah yang unik, mencerminkan pribadi Paus yang wafat, konteks zamannya, dan evolusi tradisi Gereja. Membandingkan rencana pemakaman Paus Fransiskus dengan para pendahulunya di abad ke-21, Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI, tentu juga akan memberikan perspektif yang menarik. Pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada April 2005 menjadi fenomena global yang belum pernah terjadi sebelumnya, sering disebut sebagai pemakaman terbesar dalam sejarah Gereja Katolik atau bahkan abad ini. Setelah pontifikat yang berlangsung selama 26 tahun, di mana ia melakukan perjalanan ke 125 negara dan memainkan peran penting dalam keruntuhan Komunisme, kepergiannya menarik simpati luar biasa. Jutaan peziarah, dengan perkiraan mencapai antara 2 hingga 5 juta, membanjiri Roma untuk memberikan penghormatan terakhir. Lapangan Santo Petrus dipenuhi lautan manusia, dan antrean untuk melihat jenazahnya mengular hingga beberapa kilometer, dengan waktu tunggu mencapai belasan jam, hingga ada yang rela berkemah di jalanan. Jumlah pemimpin dunia yang hadir juga memecahkan rekor, dengan sekitar 200 delegasi resmi. Ritus pemakamannya mengikuti tradisi yang berlaku saat itu, termasuk penggunaan tiga peti mati dan pemakaman di Grotto bawah Basilika Santo Petrus. Skala masif ini mencerminkan popularitas pribadi Yohanes Paulus II dan dampak historis pontifikatnya.

Sebaliknya, pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI pada Januari 2023 berlangsung dalam suasana yang sangat berbeda dan unik secara historis. Ini merupakan kali pertama dalam 600 tahun seorang Paus Emeritus dimakamkan. Sesuai dengan keinginan Benediktus dan status emeritusnya, upacaranya dirancang lebih "khidmat namun sederhana". Jumlah pelayat jauh lebih kecil dibandingkan Paus Yohanes Paulus II, diperkirakan antara 50.000 hingga 200.000 orang. Delegasi resmi dibatasi hanya untuk Italia dan Jerman, meskipun banyak pemimpin dunia hadir secara pribadi. Paus Benediktus XVI juga menggunakan peti kayu sederhana dan dimakamkan di lokasi bekas makam Yohanes Paulus II di Grotto Vatikan. Pemakaman Paus Fransiskus tampaknya akan menjadi perpaduan unik antara signifikansi global dan kesederhanaan pribadi. Sebagai Paus yang berkuasa dengan pengaruh global yang signifikan, kehadirannya kemungkinan akan menarik kerumunan besar dan banyak pemimpin dunia, mungkin tidak semasif Yohanes Paulus II tetapi jauh lebih besar dari Benediktus XVI. Perubahan spesifik pada Ordo Exsequiarum Romani Pontificis yang ia setujui, penggunaan peti tunggal, peniadaan catafalque, dan terutama pilihan lokasi pemakaman di Basilika Santa Maria Maggiore, menjadi penyimpangan sadar dari tradisi pemakaman Paus modern, mencerminkan warisan pribadinya. 

Pada akhirnya, pemakaman Paus Fransiskus akan menjadi peristiwa yang sarat makna. Perpaduan antara penghormatan terhadap tradisi-tradisi inti Gereja, seperti peran Camerlengo dan masa berkabung Novemdiales, dengan inovasi-inovasi yang secara sadar dipilih oleh Paus sendiri, akan memberikan gambaran terakhir yang kuat tentang kepausannya yang unik. Fokus pada kesederhanaan, kemanusiaan universal, dialog antar-iman, dan inti pesan Injil akan bergema bahkan saat dunia mengucapkan selamat tinggal kepada Sang Gembala. Setelah masa berkabung dan pemakaman berakhir, perhatian dunia akan tertuju pada langkah selanjutnya dalam kehidupan Gereja: pemilihan penerus Santo Petrus yang ke-267.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun