Secara keseluruhan, perubahan-perubahan radikal ini menyebabkan film kehilangan daya tarik bagi penonton yang menghargai dan mengharapkan kesetiaan terhadap materi sumber aslinya.
Perbandingan dengan Kegagalan Adaptasi Disney Lainnya
Kegagalan "Snow White" (2025) bukanlah kejadian yang terisolasi dalam tren adaptasi live-action Disney. Beberapa film adaptasi lainnya juga mendapat kritik negatif dan bahkan gagal secara komersial.Â
Contoh-contoh termasuk "Alice in Wonderland" (2010), "Alice Through the Looking Glass" (2016), "Dumbo" (2019), "The Lion King" (2019), "Mulan" (2020), dan "Pinocchio" (2022).Â
Perbandingan dengan film-film ini mengungkapkan pola kritik negatif yang serupa. Salah satu tema umum dalam kritik terhadap adaptasi Disney yang gagal adalah kualitas CGI yang buruk atau tidak meyakinkan.Â
Dalam kasus "Snow White", penggambaran CGI para kurcaci secara khusus dikritik karena terlihat "aneh" dan kurang realistis. Perubahan karakter yang tidak disukai dan alur cerita yang terasa dipaksakan atau tidak setia pada materi sumber juga menjadi poin kritik yang berulang. Banyak penonton merasa bahwa adaptasi ini kehilangan "keajaiban" dan pesona yang dimiliki oleh versi animasi aslinya.
Selain itu, ada sentimen yang berkembang di kalangan penonton yang "kelelahan" dengan banyaknya live-action remake Disney. Banyak yang lebih memilih konten orisinal atau film animasi baru daripada sekadar melihat kembali cerita lama dengan visual yang berbeda.Â
Kegagalan "Snow White" semakin memperkuat argumen bahwa tidak semua film animasi Disney perlu dibuat ulang, terutama jika perubahan yang dilakukan mengorbankan daya tarik dan esensi dari cerita aslinya.Â
Data menunjukkan bahwa pembukaan "Snow White" jauh di bawah ekspektasi dan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan banyak adaptasi live-action Disney lainnya, terutama yang dianggap sukses secara komersial. Skor kritikus dan penonton yang rendah juga mengindikasikan penerimaan yang buruk secara keseluruhan.
Pengaruh Kontroversi Aktris dan Keputusan Produksi