Mohon tunggu...
Andini AprysheilaRahmi
Andini AprysheilaRahmi Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Mahasiswa

Sometimes we win, sometimes we learn. So, never guilty to choose yourself.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Urgensi Integrasi untuk Capaian Integritas

7 Desember 2019   13:49 Diperbarui: 7 Desember 2019   14:01 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik itu terdiri atas moral dan kekuasaan. Jadi agama disini adalah aplikasi dari moral tersebut. Kita harus dapat membedakan yang namanya politik berdasar pada agama dengan politik rasial yang tentunnya memakai isu politik berdasarkan atas SARA. Mengapa ada elite politik yang menjadikan agama sebagai alat dalam perpolitikan? Karena juga politik sudah terbukti dapat dijadikan alat untuk kepentingan politik guna menarik perhatian masyarakat mayoritas.

Karena pada dasarnya semakin banyak orang yang terlalu "kecanduan" pada suatu paham, maka mereka lebih mengedepankan emosional daripada menggunakan akalnya untuk berpikir rasional. Sikap masyarakat yang seperti inilah yang bisa dimanfaatkan elite politik yang ingin meraup dukungan dari mayoritas. Nilai agama seharunya dijadikan landasan dan pedoman dalam berbentuk kebijakan objektif, maka memperalat agama adalah sebuah kesalahan besar. Melihat dari kepercayaan agama islam bahwa pada akhir zaman nanti kita akan dihadapkan dengan kembalinya kekuasaan yang hakiki yaitu kekhilafahan, mungkin ini juga bisa menjadi faktor mengapa agama dan politik tidak dapat dipisahkan.

Tetapi melihat konflik yang sudah banyak terjadi belakangan ini mengenai disintegrasi bangsa, bagaimana cara kita mencegah perbuatan itu menyebar luas? Nasionalisme mungkin bisa menjadi jawabannya. Nasionalisme merupakan ideologi yang memiliki kekuatan pengaruh untuk menggerakan. 

Nasionalisme adalah jiwa dan semangat untuk mendahulukan kepentingan masyarakat Indonesia agar tidak terjajah secara politik, ekonomi, sosial budaya maupun militer. Tapi terkadang nasionalisme justru lagi-lagi sering dimanfaatkan oleh kepentingan elite bangsa ini, demi kekuasaan. Para elite menyebarkan gagasan-gagasan nasionalisme paling kuat. Tetapi mereka hanya berkuasa atas nama rakyat, bukan untuk rakyat. Hal-hal tersebutlah yang perlu kita waspadai.

Ketidakberhasilan dalam penanaman rasa nasionalisme dalam praktek penyelenggaraan suatu Negara pasti akan berpotensi menimbulkan rasa ketidakadilan, konflik sosial, konflik politik maupun konflik nasionalisme itu sendiri. Penyebab separatisme juga bisa karena pemerintah tidak dianggap berlaku adil terhadap suatu golongan. 

Jadi bisa dipastikan bahwa suara-suara dan gagasan-gagasan separatisme, sesungguhnya mengandung makna bahwa suatu masyarakat menginginkan keadilan dalam praktek kehidupan bernegara yang perlu disikapi. Tetapi dengan adanya pemberian kebebasan daerah-daerah untuk mengatur dirinya sendiri (diwujudkan dengan otonomi daerah) diharapkan dapat meminimalisir terjadinya disintegrasi di Indonesia.

*Penulis adalah mahasiswa Semester 1 mata kuliah Ilmu Politik, program studi Ilmu Komunikasi, FISIP UNTIRTA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun