SUKABUMI -Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya di wilayah tempat kejadian perkara (TKP) peristiwa intoleransi di Kampung Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, untuk menjalankan amanah Gubernur Jawa Barat dalam membangun kembali kerukunan dan menyembuhkan luka psikologis anak-anak yang menjadi korban.
Peristiwa yang disebut Gubernur Jawa Barat sebagai "anarkis" ini terjadi saat puluhan pelajar Kristen tengah mengikuti kegiatan retreat. Dalam video yang beredar, tampak suasana mencekam disertai teriakan, pembakaran, dan pengrusakan yang menciptakan ketakutan mendalam, terutama bagi anak-anak.
"Kita membayangkan anak-anak berada dalam situasi yang sangat mengancam nyawa, kehilangan rasa aman, dan kehilangan kepercayaan terhadap lingkungan sosialnya. Peristiwa singkat itu bisa menjadi trauma jangka panjang yang terbawa sepanjang hidup," ujar Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, dalam pernyataan tertulis, Rabu (2/7/2025).
Menurut Jasra, trauma psikologis pada anak-anak tidak boleh dianggap remeh. Karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama melakukan pemulihan secara menyeluruh dan berkelanjutan
"Sudah tepat jika Gubernur Jabar menekankan pentingnya pemulihan trauma. Butuh pendampingan jangka panjang, dan harus terus dipantau hingga benar-benar pulih," lanjutnya.
Selain aspek pemulihan, KPAI juga menyoroti pentingnya membangun pemahaman lintas agama di masyarakat. "Kita harus mengenalkan perbedaan sejak dini, agar generasi kita tidak bertumbuh dengan prasangka. Jika tidak, akan terus muncul perilaku autopilot yang berujung kekerasan atas dasar perbedaan keyakinan," tegas Jasra.
Jasra mengusulkan agar dibuat lebih banyak ruang perjumpaan antarumat beragama dalam aktivitas kemanusiaan yang nyata, untuk membiasakan anak-anak mengenali dan menghormati keberagaman sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Promosi kerukunan juga menjadi hal yang ditekankan. "Sebagai bumi Panca Waluya, Jawa Barat harus menjadikan nilai-nilai luhur sebagai bagian dari rekayasa sosial di akar rumput. Pendidikan kerukunan harus diterapkan secara nyata di TKP dan sekitarnya," ujar Jasra Putra.
Dalam konteks pemulihan korban anak-anak, KPAI menilai penting untuk mendorong pertemuan dan interaksi antara warga, pelaku, dan korban. Pendekatan ini dianggap efektif jika dilakukan secara sistematis, seperti yang pernah diterapkan oleh BNPT dalam program rekonsiliasi antara pelaku dan korban terorisme.
"Kami berharap ada perjumpaan yang membangun kesadaran bersama tentang pentingnya menerima perbedaan dan mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan. Kalau bisa, rutinkan, dokumentasikan, dan monumenkan peristiwa ini sebagai pengingat dan pembelajaran berharga," tutup Jasra.