Mohon tunggu...
Andikha Ardana
Andikha Ardana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Inquisitive

I spend my time overanalyzing everything.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kontroversi Kepulangan dan Pernikahan Anak Habib Rizieq, Peran Pemerintah Dipertanyakan

15 November 2020   09:44 Diperbarui: 15 November 2020   10:24 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepulangan seorang tokoh yang sangat dihormati oleh banyak kalangan --- Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab, Lc., M.A., DPMSS. atau yang lebih akrab disapa Habib Rizieq --- menuai berbagai kontroversi. Kepulangan beliau pada tanggal 10 November kemarin disambut oleh ribuan pendukungnya. 

Menggunakan pakaian serba putih, pendukungnya memenuhi terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta hingga menutup akses jalan menuju kesana. Bendera Merah Putih, Palestina, FPI dan berbagai organisasi lainnya terlihat dikibarkan oleh beberapa pemuda. Para pendukung beliau dan keluarga sangat antusias menyambut kedatangannya. 

Tetapi sungguh sangat disayangkan, beberapa dari sekian banyaknya massa yang hadir pada saat itu tidak melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 yang dianjurkan oleh pemerintah. Mulai dari masker yang tidak dipakai dengan benar, hingga physical-distancing yang diabaikan. 

Tentunya hal tersebut menuai banyak buah bibir di media sosial oleh banyak orang. Ada yang menyindir karena gangguan lalu lintas, hingga kekhawatiran terbentuknya klaster baru Covid-19.

Selang beberapa hari setelah publik ramai membicarakan kepulangannya, beliau memberikan sebuah pernyataan yang menimbulkan kontroversi kembali. Pernyataan tersebut ialah peringatan acara maulid nabi dan pernikahan anak perempuannya, Najwa Shihab, yang mengundang kurang lebih 10.000 tamu. 

Selain itu beliau juga mengundang Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Tetapi Pak Gubernur tidak hadir dalam acara tersebut yang dilaksanakan pada hari Sabtu malam, 14 November. Terlihat euforia massa yang tercipta. Berbagai kalangan dan organisasi hadir memeriahkan acara tersebut. 

Tetapi sangat disayangkan kembali, beberapa massa yang hadir mengabaikan protokol pencegahan Covid-19. Ibarat tidak belajar dari pengalaman, massa pendukung dan tamu lainnya dikhawatirkan lagi akan membentuk klaster baru Covid-19.

Banyak orang yang menyayangkan kejadian tersebut, tetapi juga banyak yang membela mati-matian beliau. dr. Tirta merupakan salah satu public figure yang sangat menentang kegiatan tersebut. 

Ia mempertanyakan banyak persoalan mengenai ketegasan pemerintah di media sosialnya. Selain itu, berbagai kontroversi mencuat hingga media Australia, The Australian, menyoroti kasus tersebut. Masyarakat pun mempertanyakan peran pemerintah yang memberikan izin terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. 

Bagaimanakah peran pemerintah setelah mengetahui kegiatan tersebut dihadiri oleh 10.000 tamu dengan pelaksanaan protokol Covid-19 yang tidak ketat? Apakah perizinan kegiatan seperti ini lebih penting daripada kegiatan belajar mengajar di sekolah?

Masyarakat pun mempertanyakan mengenai tanggung jawab dan kesadaran Habib Rizieq sebagai tokoh publik. Alih-alih memberikan contoh yang baik dan patuh terhadap kebijakan pemerintah, beliau justru mengadakan acara dengan mengundang 10.000 tamu. 

Di masa seperti ini --- masa yang cukup sulit bagi sebagian kalangan yang terdampak Covid-19 --- kita pun memerlukan ketegasan dari pemerintah. Bukan hanya peraturan yang diciptakan, tetapi pelaksanaan yang disertai dengan pengawasan yang ketat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun