Hari Kamis, 10 Juli 2025, suasana di ruang makan asrama STT Ekumene Medan terasa beda dari biasanya. Kalau biasanya ruangan itu dipakai buat makan atau ngobrol-ngobrol santai, sore itu berubah jadi tempat main tenis meja. Meja makan kami geser ke sudut, dan meja tenis dilipat terbuka. Bola kecil mulai memantul ke sana ke mari, raket berpindah tangan, dan tawa mulai pecah di mana-mana.
Kami main seadanya. Nggak ada yang jago banget, tapi semuanya semangat. Ada yang tangannya kaku pegang raket, ada juga yang gaya mainnya kayak atlet beneran. Tapi justru karena itu suasananya jadi seru. Kami main sambil tertawa, sambil teriak-teriak sendiri, dan saling ejek tapi nggak ada yang marah. Rasanya ringan, kayak semua beban tugas dan pikiran hilang sebentar.
Waktu aku main, aku sadar ternyata tenis meja ini mirip banget sama hidup. Kadang bola yang kita pukul kencang malah nyangkut di net. Kadang kita niat banget, tapi hasilnya nggak sesuai. Sama kayak hidup. Kita udah usaha, udah rencana, tapi kenyataannya bisa aja gagal. Tapi yang penting tetap coba lagi. Karena bola bakal datang lagi, dan kita masih punya kesempatan buat pukul balik.
Aku juga sempat kalah terus, dan rasanya kesel sih. Tapi teman-teman tetap nyemangatin, ada yang bilang, "Ayo terus, jangan nyerah!" Dari situ aku mikir, mungkin hidup itu bukan soal menang terus, tapi soal terus main walaupun kalah. Kita nggak bisa menang terus, dan itu nggak masalah. Yang penting kita tetap berdiri dan nggak berhenti.
Kami main sampai sore. Kadang bolanya hilang nyelip di bawah lemari, kadang ketawa karena pukulan ngawur. Tapi itu semua bikin suasana makin akrab. Ternyata, dari hal sederhana kayak gini, kita bisa merasa dekat satu sama lain. Nggak perlu nunggu acara besar buat bisa merasa hangat dan diterima.
Aku juga belajar satu hal penting: dalam hidup, kita perlu lawan main. Bukan buat saingan, tapi biar kita bisa saling dorong. Di tenis meja, kalau nggak ada yang balikin bola, permainannya nggak bisa jalan. Begitu juga hidup. Kita butuh orang-orang di sekitar kita, buat jadi tempat berbagi semangat, buat jadi cermin yang ngingetin kita buat tetap maju.
Dan satu lagi, hidup itu bukan soal siapa yang paling hebat atau paling cepat. Tapi soal siapa yang paling sabar, paling tekun, dan paling mau belajar dari setiap kesalahan. Di permainan itu, aku sadar kalau aku bisa pelan-pelan jadi lebih baik. Bukan karena langsung jago, tapi karena terus main dan nggak takut gagal.
Hari itu sederhana banget. Nggak ada piala, nggak ada juara, tapi ada tawa dan rasa senang yang tulus. Dan buat aku, itu cukup. Karena hidup juga nggak harus selalu besar dan hebat. Kadang yang paling kita butuhkan cuma momen kecil yang kita nikmati bareng orang-orang yang tulus. Tenis meja sore itu bukan cuma soal pukulan dan skor, tapi soal rasa: rasa diterima, rasa dihargai, dan rasa bahwa kita nggak sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI