Anorganik, seperti plastik dan logam, yang dipilah kembali untuk didaur ulang menjadi produk bermanfaat.
Residu, yaitu sisa yang tidak dapat diolah, yang jumlahnya diupayakan seminimal mungkin.
Selain mengelola sampah, KPS juga menjadi wadah pembelajaran bagi santri. Santri dilatih untuk memahami konsep kebersihan, tanggung jawab sosial, hingga ekonomi sirkular. “Kami ingin membangun kesadaran bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari iman. Ini bukan sekadar urusan teknis, tapi juga nilai spiritual,” tegas Andika.
Apresiasi dan Inspirasi dari Peserta
Dalam sesi diskusi, sejumlah perwakilan pesantren mengaku termotivasi untuk menerapkan sistem serupa. “Selama ini kami masih membuang semua sampah tanpa pemilahan. Melihat sistem di Krapyak, kami sadar ternyata sampah bisa diubah jadi berkah,” ujar salah satu peserta dari pesantren di Sleman.
Sares Namara dari Danone juga turut memberikan pandangan bahwa praktik yang dilakukan KPS sangat selaras dengan prinsip sustainability (keberlanjutan) yang diusung Danone. “Inisiatif seperti ini sejalan dengan komitmen kami untuk membangun Indonesia yang lebih sehat dan berkelanjutan. KPS membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari lingkungan terkecil—dari santri untuk bumi,” tuturnya.
Kolaborasi untuk Masa Depan Pesantren Hijau
Selain berbagi pengalaman, acara ini juga menghasilkan beberapa rencana tindak lanjut. Salah satunya adalah rencana pelatihan lanjutan dan pendampingan teknis bagi pesantren-pesantren yang ingin mengembangkan sistem pengelolaan sampah mandiri. Program ini akan difasilitasi oleh SEP, Hebitren, dan RMI PWNU DIY, dengan dukungan teknis dan edukatif dari Danone Indonesia.
Andika Muhammad Nuur menyambut baik kolaborasi ini. Menurutnya, sinergi antara dunia pesantren dan sektor swasta sangat penting dalam memperluas dampak positif gerakan lingkungan. “Kami di Krapyak percaya bahwa perubahan dimulai dari niat, tapi akan tumbuh dengan kolaborasi. Semoga gerakan ini tidak berhenti di sini, tapi terus menyebar ke seluruh pesantren di Indonesia,” ujar Andika penuh harap.
Di akhir acara, seluruh peserta berfoto bersama di area pengolahan KPS. Wajah mereka tampak cerah dan bersemangat. Kunjungan itu bukan hanya tentang belajar teknis pengelolaan sampah, tapi juga tentang menanamkan semangat “merawat bumi dari hati”, sebagaimana filosofi yang selalu dipegang oleh tim Krapyak Peduli Sampah.