Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga menilai pendekatan ini sangat relevan dengan visi kampus yang berkomitmen pada integrasi keilmuan dan keislaman. Pengalaman tersebut membuka wawasan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh terpisah dari nilai moral dan spiritual.
Harapan ke Depan
Kunjungan ini diakhiri dengan diskusi interaktif antara mahasiswa dan tim Krapyak Peduli Sampah. Banyak mahasiswa yang mengajukan pertanyaan seputar manajemen, tantangan, serta peluang replikasi model pengelolaan ini di kampus maupun lingkungan tempat tinggal mereka.
Andika Muhammad Nuur berharap mahasiswa tidak berhenti hanya pada kunjungan, tetapi juga mampu menginisiasi gerakan serupa. "Kalau pesantren bisa, kampus juga pasti bisa. Sampah bukan hanya soal teknologi, tetapi soal komitmen dan kebersamaan," ujarnya.
Dari kunjungan ini, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga membawa pulang pelajaran penting: bahwa menjaga bumi bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama. Melalui gerakan kecil seperti memilah sampah dan mengolahnya, mereka bisa turut serta dalam menyelamatkan lingkungan.
Penutup
Kunjungan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga pada 24 Oktober 2024 ke Krapyak Peduli Sampah adalah momentum pembelajaran lapangan yang penuh makna. Mereka tidak hanya menyaksikan praktik teknis pengelolaan sampah, tetapi juga meresapi nilai sosial, ekonomi, dan religius yang melandasinya.
Apa yang dilakukan Krapyak Peduli Sampah menunjukkan bahwa pesantren mampu menjadi laboratorium hidup bagi pendidikan lingkungan. Dengan komitmen yang kuat, gerakan ini dapat menginspirasi lebih banyak lembaga, termasuk perguruan tinggi, untuk bergerak bersama dalam merawat bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI