Mohon tunggu...
Andika Jasin
Andika Jasin Mohon Tunggu... -

Farmasi unhas

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ular "bisa" sebagai Obat dan Makanan

13 Oktober 2016   21:53 Diperbarui: 13 Oktober 2016   22:06 2181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.kembangpete.com

Racun Ular sebagai obat dan makanan

Racun ular sering disalahpahami sebagai penyebab fatal hilangnya nyawa manusia atau hewan. Namun kenyataannya, racun ular juga digunakan dalam berbagai keperluan yang menyangkut penyelamatan nyawa manusia, seperti pengaturan tekanan darah dan stimulasi transmisi impuls saraf atau otot. Racun dari ular berbisa dan ular lainnya telah diketahui bermanfaat untuk pengobatan anti-kanker dan anti-tumor.

Penelitian terbaru tentang ular telah didiversifikasi ke dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti biofisika, toksikologi, farmakologi, kedokteran, dan biokimia. Racun ular terdiri atas campuran rumit nukleotida, ion anorganik, dan protein. Dengan menganalisis racun ular dan hewan beracun lainnya (kalajengking, laba-laba, dan sebagainya), para ilmuwan medis mencoba untuk menemukan bagaimana protein bekerja dalam tubuh manusia.

Ular khususnya ular kobra dipercaya untuk menyembuhkan penyakit  hepatitis, asma, eksim, kudis, memelihara kekuatan seksual sampai usia lanjut (Haryanto 2005). Ular kobra juga digunakan untuk menghentikan penyumbatan  pada syaraf dan otot, sakit sendi pada tulang, beri-beri dan rematik (Nugroho et al.  1994). Ular sanca digunakan untuk bengkak gusi, gigi berlubang dan bernanah serta ambien bengkak. Ular weling digunakan dalam pengobatan tradisional untuk  mencegah dan menyembuhkan rematik dan penyakit kulit seperti kusta, koreng  dan kurap. Ular tanah digunakan untuk mengobati penyakit gondok dan kejang  lambung. Bagian tubuh ular yang sering digunakan sebagai obat adalah daging,  darah dan empedu.

Darah ular biasanya digunakan untuk mengobati alergi, gatal-gatal, diabetes, liver, jantung, sesak nafas, asam urat, pinggang, rematik, darah rendah,  darah tinggi. Empedu ular bisa menjadi anti racun (anti venom) di tubuh manusia terhadap bisa ular sendiri (Francisca 2008).Antivenom atau serum anti racun ular dibuat dengan mengambil racun dari hewan, (ular, laba-laba, atau serangga). Zat ini kemudian diencerkan di laboratorium dan disuntikkan ke hewan yang sudah dipilih (kuda, domba, kelinci, atau kambing). Tubuh hewan yang diberi suntikan akan menghasilkan antibodi kekebalan yang kemudian diambil dan diolah menjadi obat. Rumus antivenom harus sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Jumlah kematian akibat gigitan dan sengatan beracun secara drastis telah menurun setelah penemuan obat antivenom. Meskipun antivenom terbukti tidak dapat mengobati kerusakan yang terjadi, tetapi antivenom dapat mempertahankan atau mencegah kerusakan di waktu mendatang segera setelah diberikan. Ohanin, protein yang berasal dari racun King Cobra, terbukti lebih efektif daripada morfin (pembunuh rasa sakit).

Dalam sejarahnya, racun dari kobra digunakan dalam pengobatan untuk kecanduan opium dan sebagai pembunuh rasa sakit (dikombinasikan dengan opium) untuk mengatasi rasa sakit. Zat ini juga digunakan untuk tujuan pengobatan lain seperti pengobatan depresi, nyeri tubuh, dan sakit kepala.

Racun ular dapat bergerak pada kecepatan tinggi dalam tubuh manusia yang terkena efek fatal, tetapi dalam ilmu pengobatan, dosis kecil racun ular dapat digunakan secara efektif untuk mengobati kelumpuhan atau serangan jantung yang disebabkan oleh pembekuan darah. Racun ular dapat mencegah atau memperlama pembentukan bekuan darah baru dalam kasus serupa. Dan belakangan ini, racun ular digunakan oleh pasien pasca perawatan dalam rangka pencegahan pertumbuhan sel kanker dan sebagai obat anti-penuaan.

Reptil telah lama dimanfaatkan masyarakat kerena memiliki nilai ekonomi  yang penting. Daging dan darah reptil memberi keuntungan yang tidak sedikit  bagi masyarakat yang menjalankan usaha di bidang ini. Pekerjaan berburu reptil  di alam menjadi mata pencaharian tambahan bagi sebagian masyarakat di  pedesaan (Soehartono & Mardiastuti 2003).

Daging, darah dan produk reptil lainnya banyak dimanfaatkan masyarakat  sebagai obat . Pemanfaatan reptil sebagai obat telah digunakan oleh masyarakat  sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun (Nugroho et al. 1994;  Haryanto 2005). Pengobatan penyakit dengan menggunakan obat yang diperoleh  dari bahan-bahan alami yang diolah secara sederhana dan digunakan dalam  pengobatan tradisional disebut obat alami (Nugroho 1994). Aliadi dan Roemantyo  (1994) menyebutkan bahwa pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang  dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan spesies-spesies yang telah  dimanfaatkan oleh nenek moyang secara turun-temurun.

Cara pengolahan dari masing-masing makanan adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun