Mohon tunggu...
Andik Wahyun Muqoyyidin
Andik Wahyun Muqoyyidin Mohon Tunggu... lainnya -

Belajar jadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AICIS di Semerbak Coffee

17 September 2014   17:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa waktu lalu salah seorang sahabat karib saya mengajak ketemuan dan ngopi bareng di salah satu kedai kopi favorit, Semerbak Coffee Jombang. Usut punya usut, dia membutuhkan contoh paper atau makalah yang pernah dipresentasikan pada forum konferensi tahunan kajian Islam atau dikenal dengan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS). Boleh dikatakan, AICIS ini merupakan gawe akbar tahunan Kementerian Agama RI dalam memajukan kajian-kajian keislaman di tanah air. Pada tahun ini rencananya AICIS akan dihelat di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan merupakan event AICIS yang ke-empatbelas.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Banner AICIS 2014"][/caption]

Source: aicis.stain-samarinda.ac.id/

Sub tema yang menjadi fokus kajian sahabat saya adalah terkait dengan “Indonesian Fiqh in Resolving Contemporary Problems”, jadi semacam bagaimana menemukan solusi pemecahan masalah-masalah fiqh kontemporer di Indonesia. Sekalipun masih sangat muda, sahabat saya yang sebentar lagi bakal meraih titel akademis Doktor dalam bidang Hukum Islam ini, tergolong calon intelektual muslim potensial. Betapa tidak, perhatian dan concern-nya untuk pembaharuan kajian keislaman dalam wilayah hukum Islam, tidak lagi diragukan.

Sembari menikmati kopi Robusta favorit saya, kami akhirnya terlibat dalam diskusi setengah ilmiah. Berdasar pengalaman adakalanya ide-ide segar mendadak melintas dengan cepat di tengah-tengah diskusi santai semacam itu. Semisal, muncul ide pentingnya penguasaan bahasa asing yang memadai di dalam kerangka memajukan dan memperluas jaringan intelektualitas kita. Salah satu pengalaman yang mengesankan dan begitu memotivasi adalah ketika dalam AICIS ke-13 di Lombok, Mataram, Prof. Azyumardi Azra menyampaikan keynote speech bertajuk “Distinctive Paradigm of Indonesian Islamic Studies” dalam bahasa Inggris. Hal senada dilakukan juga oleh beberapa pembicara utama yang lain.

Pemikiran lain yang muncul dan tak kalah penting adalah terkait dengan wacana integrasi-interkoneksi keilmuan. Satu wacana yang menjadi icon pemikiran besar seorang Prof. Amin Abdullah. Sahabat saya tadi menceritakan bagaimana ketika di ruang kuliah, Prof. Amin sering mengkritik kebijakan linearitas pendidikan dengan mengatakan itu akan mempersempit paradigma keilmuan dan menjadikan akademisi kita tidak tergerak berintegrasi-interkoneksi dengan orang-orang dari berbagai lintas beda disiplin. Saya hanya manggut-manggut saja. Memang pada satu sisi dengan kebijakan serba linier, seseorang akan begitu expert di bidangnya, namun di sisi lain, adakalanya kritik Prof. Amin itu malah yang terjadi.

Akhirnya, tak terasa sesi pararel mini AICIS bersama sahabat saya tadi usai seiring dengan seduhan terakhir kopi Robusta. *

Jombang, 17 September 2014

Andik Wahyun Muqoyyidin

(menetap di andikwahyun.wordpress.com dan akun twitter @muqoyyidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun