Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepotong Kisah dalam Hidup Budi

8 Februari 2024   20:40 Diperbarui: 8 Februari 2024   20:42 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada satu orang dalam hidup Budi yang wajahnya tidak dapat dia hilangkan dari pikirannya selama bertahun-tahun. Budi pertama kali bertemu dengan Pak G di sebuah biro iklan yang saat itu baru berdiri.  

Pak G direkrut untuk mengepalai agensi tersebut. Sebelumnya, ia pernah menjadi orang penting di sebuah agensi multinasional ternama dengan klien perusahaan internasional. Lalu tiba-tiba dia mengundurkan diri dari agensi itu. Rumor mengatakan bahwa dia  disingkirkan oleh saingannya yang lebih tangguh, bintang lain yang sedang naik daun. Dia pensiun dengan uang pensiun yang lumayan besar. Kemudian dia mendirikan tokonya sendiri yang ternyata tidak bertahan lama.

Budi siap untuk mengaguminya dan belajar dari pengalamannya yang luas. Namun sayangnya, mereka tidak cocok sejak awal. Budi tidak tahu apa yang telah dia lakukan sehingga membuat Pak G salah paham. Namun Pak G selalu  menatap Budi dengan tatapan menghina dan terus-menerus meremehkan bakat Budi di setiap kesempatan, mencemooh ide apa pun yang akan Budi sampaikan selama sesi kreatif internal. Padahal rekan-rekan kreatif Budi malah menertawakan ide-idenya Pak G di belakang.

Anehnya, hanya Budi satu-satunya karyawan yang diperlakukan seperti itu oleh Pak G. Budi curiga jangan-jangan Pak G meremehkannya karena Budi berasal dari agensi menengah dengan pengalaman terbatas. Apa yang membuat Pak G tidak nyaman? Atau mungkin Budi mengingatkannya akan seseorang di masa lalunya?

Kemudian dalam satu sesi kreatif persiapan untuk promosi besar, Budi tidak tahan lagi dengan sikap meremehkan Pak G dan tiba-tiba meninggalkan pertemuan, mengemasi barang-barangnya dan tidak pernah kembali. Budi meninggalkan agensi itu dengan hati yang dipenuhi perasaan dendam, namun hal itu membantunya bernapas lega lagi.

Empat tahun berlalu, Budi mengetahui bahwa Pak G. telah meninggal dunia. Mendengar namanya, gelombang perasaan menyakitkan datang lagi. Namun hal itu segera mereda karena pada saat itu, Budi sedang menikmati booming dalam karirnya sebagai penulis dan sudah melupakan semua tentang Pak G.

Adakah orang yang juga tidak bisa Anda hilangkan pikiran tentangnya, apa pun alasannya? Mungkin kebencian yang berkepanjangan terhadap seseorang? Apakah Anda menyimpan dendam terhadap seseorang yang sudah lama membara dalam diri Anda? Adakah teman atau saudara yang pernah meminjam uang dan berjanji akan segera mengembalikannya namun ternyata lupa?

Siapa yang tidak tersakiti oleh tindakan atau perkataan orang lain? Luka tersebut dapat meninggalkan perasaan dendam, kepahitan dan kemarahan yang bertahan lama. Terkadang bahkan kebencian semakin berkembang atau menggerogoti Anda. Salah satu ahli seni patah hati di Jepang mengatakan tidak apa-apa, belajarlah menghargai luka itu, tidak perlu terburu-buru memaksakan penyembuhan.

Bayangkan diri Anda menjadi juragan kos yang memberikan ruang kepada penyewa dan tidak mendapatkan keuntungan darinya. Penyewa ini menempati banyak ruang yang harusnya bisa digunakan untuk orang atau hal lain yang lebih bermanfaat bagi Anda. Namun Anda tidak melakukan apa pun untuk membuat orang tersebut keluar dari rumah kos Anda.

Dalam banyak kasus, pikiran kita dipenuhi oleh sekumpulan "penghuni ilegal". Kita mempunyai daftar tidak tertulis tentang orang-orang yang tidak kita sukai, benci, iri, dengki dan terobsesi. Sampai-sampai kita tidak bisa melupakan hal-hal tersebut.

Orang-orang ini "hidup tanpa biaya sewa dalam pikiran Anda." Kolumnis nasihat Ann Landers menciptakan ungkapan "hidup di kepalaku tanpa biaya sewa." Kata ini digunakan terutama untuk merujuk pada perasaan negatif terhadap orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun