Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Penerbit Mayor Bukan Musuh Kita

17 Desember 2014   02:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:10 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah perbincangan dengan salah seorang penghuni Aura Publisher Pen Club sempat terlontar pertanyaan, Kak, apakah Aura Publisher Pen Club Grup anti Penerbit Mayor? Setelah kita bergabung dengan Aura Publisher Pen Club haruskah kita menjauhi Penerbit Mayor. Saya jelas menjawab,tidak. Sebab saya katakan bahwa  menembus Penerbit Mayor adalah obsesi dan impian semua penulis. Bahkan para penulis terkenal justru dibesarkan oleh Penerbit Mayor. Jadi Penerbit Mayor adalah pintu masuk bagi kita untuk menjadi terkenal dan memiliki penghasilan yang tinggi.

Lantas untuk apa kita menyodorkan naskah kita di Myperpus?

Sebab kita adalah penulis hebat yang setiap karyanya harus dibayar sekecil apapun.

Kita sudah sama mengetahui betapa sulitnya untuk menembus Penerbit Mayor. Bahkan untuk karya yang menurut teman – teman kita sangat bagus sekalipun belum tentu bisa untuk menaklukkan hati para editor naskah Penerbit Mayor kalau memang beliau tidak mood dengan naskah kita. Lantas kalau semua Penerbit Mayor serentak menolak naskah kita apakah naskah tersebut langsung dimusnahkan? Tidak terbayangkah anda sudah berapa banyak waktu terbuang untuk menghasilkan karya tersebut? Bukan itu saja, sudah berapa energi otak yang terkuras hanya untuk menghasilkan sebuah karya yang menurut kita Masterpiece tapi menurut mereka justru biasa – biasa saja.

Saya tidak akan pernah memperlakukan karya saya dengan sia – sia. Sebab sudah terlalu banyak waktu dan tenaga yang terbuang untuk melahirkannya. Bagi saya semua karya saya itu adalah masterpiece yang tak boleh diobral kemana – mana tanpa menghasilkan apa – apa. Maka itu tidak ada satupun naskah saya yang muncul di situs – situs gratisan. Sebab mereka tidak mau menghargai karya saya.

Sebagai penulis hebat karya kita harus dihargai . Itulah cita – cita, impian dan obsesi kita sebagai penulis.

Jaman sekarang penghargaan tertinggi itu bukan seberapa banyak anda mendapat sertifikat dalam sebuah event. Bukan seberapa banyak orang yang melihat karya anda di situs – situs gratisan tersebut. Tapi seberapa besar anda dibayar atas hasil karya anda tersebut. Makin tinggi anda dibayar, maka harusnya makin tinggi juga predikat anda sebagai seorang penulis. Bolehlah anda disebut sebagai Masternya para penulis.

Makanya saya tidak pernah anti terhadap Penerbit Mayor. Sebab sampai saat ini hanya mereka yang sanggup membayar penulis dengan harga tinggi. Hanya saja kebanyakan editor Penerbit Mayor tersebut mematok kriteria yang gak jelas. Karya yang menurut kita bagus, eh malah ditolak. Contohnya Laskar Pelangi. Itu novel udah berapa kali ditolak oleh Penerbit Mayor walau akhirnya diterbitkan juga. Nah coba lihat hasilnya.. Booming..

Sementara ada naskah yang menurut kita mah biasa – biasa aja tapi malah diterbitkan dan hasilnya justru mengecewakan. Tapi saya tidak perlulah menyebut yang mana. Disini kita cuma ambil yang positifnya aja. Bahwa tidak semua karya yang ditolak Penerbit Mayor itu jelek.

Justru itulah Aura Publisher bekerja sama dengan Myperpus.com mendirikan Aura Publisher Pen Club. Sebuah komunitas penulis hebat yang karyanya sering ditolak oleh Penerbit Mayor. Namun bukan berarti kita berjuang untuk memboikot Penerbit Mayor sebab kita berkumpul bukan sebagai Pasukan Sakit hati. Kita berkumpul kemudian kita berkarya. Karya kita itu nantinya akan ditampilkan di Myperpus dan tetap dibayar. Kita tunjukkan pada Penerbit Mayor yang dulu pernah menolak kita bahwa karya kita memang pantas untuk mereka terbitkan.

Cara ini menurut saya lebih elegan, bermartabat dan berwibawa ketimbang harus datang bolak – balik ke penerbit yang sama, ngemis – ngemis gak jelas sambil memelas hanya agar naskah kita diterbitkan oleh mereka.

Bahkan di Myperpus karya kita disandingkan dengan novel – novel terkenal dunia seperti My Uncles Tom Cabin, The Great Gatsby, bayangkan..  Pantaskah karya – karya kita bersanding dan berdiri tegak sejajar dengan karya – karya besar dunia tersebut? Tapi itu yang terjadi di Myperpus..

Jadi jangan putus semangat. Teruslah berkarya dan yang pasti Jayalah Selalu Para Penulis Indie..

Saya selalu berdoa suatu saat Para Penerbit Mayor akan menyadari kekeliruannya karena pernah menolak karya – karya indah kita…

Wassalam..


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun