Mohon tunggu...
Juliandi
Juliandi Mohon Tunggu... Swasta -

Tetap menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Darurat! Lahirkan Generasi Jijik Hoax

1 Agustus 2018   10:02 Diperbarui: 1 Agustus 2018   10:05 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Seandainya saya menjadi Menteri Agama Republik Indonesia, tentu latar belakang saya mumpuni untuk itu, dan punya segudang ilmu tentang agama dan persoalannya serta didukung ilmu lainnya seperti ilmu komunikasi-teknologi serta tentunya ilmu tentang seluk beluk pemerintahan.

Jadi seorang menteri agama bukan persoalan mudah, apalagi Indonesia punya beragam kepercayaan dan aliran, salah sedikit bisa dianggap intoleran dan menciptakan konflik horizontal. Apalagi masuk ke zaman mileneal yang rentan penebaran berita palsu atau hoax. Sungguh bukan persoalan gampang mengatur hal ini, tentu harus punya cara jitu dan berkelanjutan.

Kalau dipikir-pikir memang susah untuk melawan konten-konten negatif yang menyebabkan ujaran kebencian yang menjadi awal ketidakharmonisan antar umat beragama. Cara emergencinya pelaku ujaran kebencian dicari kemudian dibina dan diberi sanksi tegas.

Namun hal ini tidak serta merta menekan hoax tersebut, mengingat mudahnya kita menulis sesuatu di media sosial dimanapun berada, tidak terbatas tempat dan waktu. Dengan aturan yang tegas saja tidak cukup, terkadang karena ketidaktahuan, ketidakpahaman dan ketidak sengajaan membuat  konten negatif tanpa rencana dicampur rasa kekesalan seseorang dengan mudahnya melesatkan informasi hoax/berita palsu/konten negatif/komentar negatif.

Dalam kasus ini perlunya penerepan mengenai budi pekerti dalam bermedia sosial. Tentu perlu dukungan keseriusan dalam dunia pendidikan untuk mensosialisasikan bagaimana cara bijak bermedia sosial, perlu edukasi-edukasi yang masif dan intensif untuk menciptakan generasi yang sopan dan bijak dalam bermedia sosial bahkan menjadi generasi jijik hoax.

Memang lama tapi jangka panjang Indonesia akan menciptakan generasi-generasi yang bijak, santun, berahlak dalam bermedsos. Perlu menciptakan generasi yang taat aturan dan terdoktrin dalam kepala mereka, bahwa hoax itu haram sama haramnya seperti makan babi bagi umat muslim.

Muslim taat maupun yang tidak taat di Indonesia khususnya begitu kental dan sangat enggan makan babi karena sudah terdoktirn dari kecil bahwa daging babi dengan segala jenis turunannya tidak boleh dikonsumsi karena dilarang agama. Dan sebagian besar umat muslim di Indonesia sangat menaati hal ini.

Saya kira begitulah caranya, agar hoax ini menjadi hal yang sangat ditakuti oleh generasi Indonesia. Memang perlu waktu panjang. Tapi bisa menjadi satu cara yang harus mulai ditebarkan sedari kecil, baik dimulai dari keluarga, masyarakat dan bahkan perlu juga disediakan jam pelajaran khusus di sekolah-sekolah dimulai dari sekolah dasar, menengah, dan di perguruan tinggi.  

Perlu sosialisasi yang masif-intensif, berkelanjutan dan dukungan segala pihak terkait. Untuk melahirkan generasi yang "jijik" dan benci menebar atau membuat hoax seperti halnya sosialisasi haramnya konsumsi daging babi dan turunannya bagi umat muslim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun