Saking kecanduannya anak-anak Makassar (ibu kota provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia) dengan jejaring sosial facebook, mereka menyesuaikan lafal facebook dengan dialek daerah yang kental pacebo’. Bahasa gaul bagi facebook sebagai jejaring sosial yang telah mencuri perhatian dunia, termasuk anak-anak Makassar. Dalam dialek Makassar, kata “pa” dimaknai sebagai orang yang melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Dalam situs www.kamusbesar.com,“cebok” didefinisikan dengan membersihkan dubur atau kemaluan setelah buang air. Dengan demikian kata “pacebo’” dapat dimaknai sebagai orang yang bertugas membersihkan dubur atau kemaluan setelah balita buang air, bahkan orang dewasa pun yang sakit keras atau cacat memerlukan jasa seorang “pacebo’”. Kemudian facebook berasal dari kata “face” dan “book” dalam bahasa Inggris. “Face” dapat dimaknai sebagai wajah atau potret, sedangkan “book” dapat diterjemahkan sebagai media menulis. Jadi, facebook dapat didefinisikan sebagai media menulis atau mempublikasikan potret diri seseorang. Berdasarkan fungsi kata, maka “facebooker” (pengguna facebook)lah yang mungkin paling sepadan dengan “pacebo’”. Lalu adakah korelasi antara kata “pacebo’” dengan “facebooker”?
Para facebooker seharusnya menggunakan facebook dalam batasan kewajaran sesuai teori “Hirarki Kebutuhan Maslow”. Maslow menempatkan kebutuhan secara hirarki, mulai kebutuhan dasar, rasa aman, dicintai dan disayangi, dihargai sampai kebutuhan untuk aktualisasi diri. Demikian halnya dengan pacebo’, mereka pun selayaknya mengemban tugasnya secara wajar. Pacebo’ tidak boleh menelantarkan orang yang sakit keras atau cacat yang memerlukan jasanya. Pacebo’ pun tidak wajar membiarkan anaknya yang masih umur satu tahun cebok sendiri. Seorang pacebo’ juga harus memastikan bahwa hasil cebokannya bersih sehingga tidak menyebarkan bau yang tidak sedap (*)