Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... pegawai negeri -

ABDI ORANG SUNDA HOYONG SEUER SILATURAHMI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengenang Kembali Sejarah Hijrah Pasukan Silwangi (Longmarch) “Abah Pulang Bawa Bayi”

2 Januari 2014   22:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, sebelum tidur sering meminta kepada orang tua untuk diceritakan kisah Pejuang  Revolusi Kemerdekaan yang di lakukan oleh Kakek saya yang merupakan salah satu Tentara Pejuang pada masa kemerdekaan, Kakek yang bernama asli “Djudjuk” memang tercatat sebagai Prajurit Siliwangi Brigade-II/Suryakencana Sukabumi, cerita itu memang seakan memenuhi rasa rindu saya yang ingin sekali mengetahui sosok kehidupan Kakek pada masa sulit Penjajah masih berkuasa di tanah air, karena semenjak saya lahir tidak pernah mengenal dan melihat sosok Kakek  pejuang yang sering dipanggil “Abah” ini, beliau wafat ketika saya masih dalam kandungan orang tua.

Singkat kata, orang tua bercerita tentang pengalaman Abah yang berhijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, akibat dari hasil perjanjian Renville yang menyatakan Republik Indonesia hanya terdiri Yogyakarta dan Daerah sekitarnya saja, maka Pasukan dari kantong-kantong gerilyawan Siliwangi yang berdomisili di Jawa Barat pergi meninggalkan Kampung halaman untuk mematuhi perjanjian Renville tersebut, Pasukan Abah pada saat itu di Komandani oleh Letkol A.E. Kawilarang sebagai Komandan Brigade –II/Suryakencana Sukabumi, karena memang Abah merupakan Pemuda asli Sukabumi yang ikut bergabung menjadi tentara perjuangan, singkat cerita dalam perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan tersebut, Pasukan Abah diceritakan hanya bisa makan seadanya saja dan lebih banyak makan daun-daunan atau umbi-umbian bahkan terkadang ular atau hewan lain yang di temui sepanjang perjalanan, setelah sampai di sana ternyata kondisinya tidak terlalu baik karena sudah terjadi gejala-gejala Pemberontakan yang akan di lakukan oleh PKI Pimpinan Muso sekitar tahun 1948 di Madiun, sehingga banyak fitnah serta kejelekan-kejelekan yang mereka sampaikan melalui selebaran-selebaran tentang Pasukan Siliwangi yang akan datang ke daerahnya, karena suasana yang disengaja di buat kisruh situasi disana, serta ditambah dengan adanya beberapa penculikan-penculikan yang dilakukan PKI yang membuat suasana terasa lebih tegang, sehingga timbul kesalahpahaman dan saling curiga antara Pejuang kemerdekaan yang berbeda asal Kesatuan, setelah sekian lama Pasukan berada di Jawa tengah serta untuk meredakan situasi, akhirnya Pasukan Siliwangi diperintahkan kembali untuk pulang ke kampung halaman dan masuk kembali kedalam  kantung-kantung gerilya di Jawa Barat yang kemudian perjalanan tersebut di kenal dengan istilah (Long March) pemberian kata Long March itu sendiri di sebutkan oleh Panglima Tertinggi pada saat itu Jendral Besar Sudirman kepada Pasukan Siliwangi yang berjalan kaki pulang kembali ke Jawa Barat.

Ditengah perjalanan pulang kondisi tidak semakin baik, Pasukan Siliwangi yang dalam kondisi kelelahan di hadang kembali oleh Pasukan Pemberontak DI/TII Pimpinan Kartosuwiryo, diceritakan ketika di suatu area hutan Pasukan Abah di sergap oleh pasukan pemberontak DI/TII, para pemberontak telah memasang perangkap serta meracuni tumbuh-tumbuhan dan ubi-ubian yang sering dimakan oleh pasukan Abah di sepanjang perjalanan long March sehingga ada beberapa teman Abah yang mengalami Keracunan makanan, setelah terjadi baku tembak yang cukup sengit  antara pasukan Siliwangi dan Pasukan Pemberontak DI/TII akhirnya Kondisi mulai berbalik arah, Pasukan Abah mulai unggul dalam baku tembak tersebut, mungkin karena kesigapan pasukan Abah yang akhirnya membuat jebakan tersebut tidak berhasil dilakukan malah berbalik situasinya, Pasukan Abah lah yang menyerang kembali para Pemberontak sehingga mereka lari terbirit-birit ke arah  hutan meninggalkan senjata dan perbekalan mereka.

Setelah Pasukan Siliwangi memenangkan baku tembak tersebut, Abah dan teman seperjuangannya melakukan penyisiran di area baku tembak dan kemudian menemukan Senjata dan bahan Perbekalan yang tergeletak di tinggalkan oleh para pemberontak DI/TII, setelah berjalan beberapa langkah melakukan penyisiran lebih dalam ke sekitar gubug yang di tinggalkan para pemberontak, alangkah terkejutnya Abah ketika mendengar suara tangisan yang berasal dari dalam gubug, kemudian Abah memeriksa kedalam gubug  dan ternyata Abah menemukan sesosok Bayi yang sedang menangis, Abah menjadi bingung dengan temuan bayi yang tergeletak dan menagis di dalam gubug tersebut dengan kondisi yang sangat memperihatinkan, akhirnya Abah menggendong bayi tersebut untuk meredakan tangisannya, setelah bayi itu di gendong kemudian Abah bertanya kepada teman seperjuangannya “mau di apakan Bayi ini” semua malah ragu tidak menjawab, akhirnya Abah melapor kepada atasannya dan meminta ijin agar bayi itu dibawa pulang ke rumah Abah untuk di rawat. Dalam perjalanan pulang abah bertanya-tanya kenapa bayi itu di tinggalkan, rupanya mungkin bayi itu di tinggalkan ketika terjadi baku tembak antara Pasukan Abah dengan Pasukan Pemberontak DI/TII yang terdesak dan takut oleh Pasukan Abah maka Bayi itu di tinggalkan di dalam gubug sendirian.

Singkat kata setelah Perjalanan yang melelahkan, Abah pulang kembali ke rumah dengan sambutan yang suka cita dari penduduk kampung dan keluarga besarnya, tetapi  istri Abah  yang bernama “Siti Khadijah” atau panggilan sehai-harinya “Umi” terheran-heran melihat Abah yang membawa Bayi didalam gendongannya, akhirnya setelah Abah masuk rumah dan istirahat serta menitipkan Bayi untuk di gendong oleh Umi, kemudian Umi bertanya “Bah ini Bayi siapa” Abah bingung untuk menjawabnya malah Abah diam saja karena Abah tidak tahu itu Bayi siapa, akhirnya Umi bertanya kembali dengan suara sedikit lebih Tinggi  “Abah ini Bayi Siapa !!!” abah semakin bingung untuk menjelaskannya, Abah hanya bilang ‘”Mi, engga tau itu Bayi siapa”  Umi semakin kesal karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari Abah atau mungkin karena Umi cemburu  yaa sama Abah hehe.., akhirnya Umi bilang “Masa bawa Bayi ke rumah, tidak tau ini Bayi siapa ??”. Abah malah menjawab “Mi, Abah lelah Abah mau istirahat tidur” sambil meninggalkan Umi dan masuk kamar  Abah meninggalkan Umi dengan Bayi mungil yang sedang masih dalam gendongnya.  Umi  kemudian bertanya lagi sambil pergi dengan nada kesal “Abah itu pergi Perang atau pergi nikah lagi sih“ ...

Pagi hari setelah Abah bangun tidur, baru Abah memanggil Umi yang sedang nyuapin Bayi yang dibawa Abah, Umi menemui Abah dengan muka sedikit ketus di ruang tengah rumah, akhirnya Abah jelaskan semua Perjuangan yang Abah alami selama perjalanan pulang-pergi Long March membela Bangsa dan Tanah Air ini, setelah mendapat penjelasan panjang-lebar kronologis dari Abah, Umi kembali berseri-seri menyambut Pejuang Agama, Bangsa, Negara dan keluarga tercintanya telah kembali kerumah dengan selamat.

“Kisah ini untuk mengenang Abah dan Umi ku Tercinta yang sudah tiada Almarhum. Anumerta DJUDJUK & Almarhumah SITI KHODIJAH salam bhakti dari Cucu tercinta.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun