Pondok Pesantren Modern Sa’ad bin Abi Waqqas (PESWA) lahir bukan dari jalan yang mudah. Ia lahir dari sebuah perjalanan panjang, penuh liku-liku, doa, air mata, hingga perjuangan yang tak kenal lelah.
Adalah DR. HC. Kyai Andi Sidomulyo, seorang da’i muda yang tak hanya dikenal karena ilmu dan dakwahnya, tetapi juga karena semangat pantang menyerahnya. Dari kecil, beliau telah mendapat tempaan dari kedua orang tuanya yang selalu berpesan:
“Nak, hidup ini bukan untuk dirimu sendiri. Jadilah orang yang bermanfaat. Jangan pernah menyerah walau sesulit apa pun jalan di hadapanmu.”
Pesan itu tertanam kuat dalam sanubari Kyai Andi. Ia pun tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah. Meski mengalami berbagai kesulitan, ia percaya bahwa kesabaran dan ikhlas berjuang akan berbuah manis.
Dalam setiap perjuangan besar, selalu ada sosok pendamping yang setia. Bagi Kyai Andi, sosok itu adalah Nyai Herfiana Safitri. Seorang istri yang bukan hanya mendukung, tetapi juga menjadi penopang utama dalam setiap langkah perjuangannya.
Ketika Kyai Andi menghadapi kesulitan, Nyai Herfiana selalu menenangkan dengan kata-kata lembut:
“Kita membangun ini bukan untuk kita, tapi untuk ummat. Allah pasti cukupkan, meski kita harus bersabar sebentar. Jangan menyerah, Ayah. Setiap tetes keringat kita akan jadi saksi di hadapan Allah.”
Kalimat sederhana itu menjadi bahan bakar semangat. Di balik gemuruh pembangunan, ada doa dan dukungan yang tak henti dari seorang istri yang setia.
Salah satu fase paling berat adalah ketika pembangunan asrama santri sedang berlangsung. Santri baru sudah mendaftar, jadwal masuk sudah ditentukan, namun dana pembangunan tiba-tiba habis di tengah jalan.
Kyai Andi, yang kala itu menanggung beban besar agar pembangunan selesai tepat waktu, terus berusaha mencari solusi dan memutar otak bagaimana caranya agar bangunan bisa berdiri sesuai jadwal.