Mohon tunggu...
Andi ardiyanto
Andi ardiyanto Mohon Tunggu... Penikmat film

Hobi nonton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ro'an, Perbudakan dan feodalisme dalam pesantren ?

13 Oktober 2025   05:15 Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:15 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 29 September 2025, sebuah peristiwa memilukan terjadi di pesantren Al-khaziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa timur. Mushola yang sedang dalam tahap renovasi penambahan lantai mengalami ambruk dan menindih ratusan santri yang sedang sholat ashar berjamaah di lantai 2 gedung tersebut.

Pakar Teknik Sipil ITS Surabaya, Muji Himawan mengatakan, penyebab bangunan tersebut ambruk karena kegagalan konstruksi. "Semua elemen struktur dinyatakan hancur mulai dari beton, pelat, hingga balok," ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Aktivitas pembangunan mushola ini sudah dilakukan selama 9 sampai 10 bulan lamanya. Bangunan mushola tersebut tengah menjalani pengecoran lantai atas untuk memmbangun ruang di lantai empat dari lima lantai yang direncanakan.

“Sudah lama, sudah 9 sampai 10 bulan. Baru tiga dek terakhir jadi nggak pakai genteng, langsung dek,” jelas KH Abdul Salam Mujib, pengasuh ponpes dikutip dari kompas.com

Ia menambahkan bahwa pengecoran tersebut tidak menggunakan truk molen. Selain itu, bangunan tersebut diketahui tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Sementara itu, Tim SAR gabungan memastikan penyebab ambruknya bangunan tiga lantai mushola Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, karena kegagalan konstruksi. Setelah melakukan evakuasi selama sembilan hari tim SAR gabungan akhirnya menutup proses evakuasi korban. Total ada 171 korban dengan rincian 104 orang selamat dan 67 orang meninggal.

Pasca insiden ini, terdapat sejumlah fakta yang memicu keramaian di media sosial. Di antaranya adalah bahwa bangunan mushola tersebut tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB), respon pengasuh yang menyebut kejadian ini sebagai takdir, keterlibatan santri dalam proses konstruksi, serta penemuan sebuah mobil Mercedes di bawah reruntuhan mushola. Netizen mengekspresikan pandangan sinis, seperti "Santri nguli kiai naik mercy" dan ada pula yang menyebutnya sebagai "perbudakan modern" yang beredar di kolom komentar.

Narasi di media sosial pun mengemuka mengenai keterlibatan santri dalam pembangunan pesantren sebagai bentuk sanksi. Namun, narasi tersebut telah dibantah oleh salah satu alumni Pondok Pesantren Al-Khaziny. Seorang alumnus Ponpes Al Khoziny, Anshori (31), dengan tegas membantah adanya praktik hukuman berupa pengecoran bangunan bagi mereka yang melanggar aturan pondok pesantren.

"Hoaks itu, enggak benar. Kalau ikut terlibat malah fatal semua. Kalau disuruh mengecor, kapan kami belajarnya, kan butuh berhari-hari," kata Anshor dikutip dari Kompas.com, Sabtu (4/10/2025).

Meski begitu, ia tak membantah adanya tradisi ro'an dalam membangun pondok pesantren dan tradisi itu juga diterapkan di pesantren lain seperti pesantren Lirboyo. Tradisi ro'an sendiri adalah tradisi gotong royong yang dilakukan para santri dalam kegiatan pembangunan pesantren.

Setelah pernyataan itu media sosial kembali ramai dengan beredarnya video pembangunan pesantren Lirboyo yang melibatkan para santrinya. Salah satu pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Abdul Mu’id Shohib, membenarkan peristiwa yang ada dalam video tersebut. Namun, ia memastikan pembangunan tetap melibatkan pihak profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun