Mohon tunggu...
Andang Kasriadi
Andang Kasriadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Teknik dan Pengembang Kefir

Pendidikan Terakhir : S1, Teknik Industri ITB. Pendiri Komunitas Kefir Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Hepatitis Paling Ampuh Dijadikan Oseng-oseng

14 Juli 2013   19:50 Diperbarui: 22 Januari 2019   08:09 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ini juga salah satu keajaiban Indonesia. Hepatitis (sakit liver), dan berbagai penyakit akibat virus lainnya, disebut tidak ada obatnya. Ya, karena obatnya adalah antibodi spesifik yang harus dibuat oleh tubuh manusia sendiri. Karena itu upaya cuma vaksinasi, pemberian virus yang dilemahkan, untuk merangsang pembentukan antibodi. Tapi ini bisa sia-sia bila tubuh tidak cukup sehat untuk membentuk antibodi itu. Komponen penting dalam pembentukan antibodi adalah imunoglobulin yang terdapat pada kolostrum. Tanpa hadirnya imunoglobulin, vaksinasi malah bisa membunuh, karena pertahanan tidak ada. Dunia sudah mengenal ampuhnya kolostrum untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Bayi sapi, yang lahir di kandang yang jauh dari higenis, mampu mengatasi segala macam infeksi karena sesaat setelah kelahiran, dua liter kolostrum diminum oleh bayi seberat 30 kg itu. Tanpa kolostrum, bayi sapi ini mudah sekali terkena infeksi dan hidupnya tidak sehat. Pantaslah New Zealand, negara yang kebergantungan ekonominya kepada sapi sangat tinggi, menetapkan bahwa kolostrum sapi 24 jam pertama ilegal untuk manusia. Walau begitu, kolostrum 24 - 48 jam, dijual oleh NZ ke seluruh dunia dalam bentuk kolostrum aking yang dikemas dalam kapsul atau serbuk. Kalau dinilai dari kadar imunoglobulinnya, satu liter kolostrum aking NZ ini harganya berkisar antara Rp 2,- sd Rp 3,5 juta rupiah. Sementara yang lebih bagus berkisar antara Rp 6,-juta sd Rp 14,- juta setara satu liter kolostrum 24 jam pertama. Penggiat Kefir di Indonesia, sudah ada yang membuat Kefir Kolostrum yang berasal dari perahan 24 jam pertama, dan dijual dengan harga hanya sekitar Rp 300.000,- sd Rp 750.000,- per liternya. Sangat jauh lebih murah dari kolostrum aking berbentuk kapsul/serbuk dari luar negeri, namun diyakini berkualitas lebih bagus karena diproses dari kolostrum segar/murni tanpa pengeringan/pemanasan. Bahkan dengan dibuat Kefir, khasiatnya dipercaya meningkat dibanding kolostrum mentah, disamping rasanya yang menjadi lebih enak. Dengan Kefir Kolostrum ini, tubuh menjadi sangat aktif membentuk antibodi pada saat ada serangan virus. Penyakit Hepatitis, Herpes, DBD, Chikungunya, dan berbagai infeksi virus lainnya menjadi penyakit ringan yang mudah disembuhkan. Padahal "resminya" belum ada antibiotika untuk membunuh virus. Karenanya kapsul kolostrum sudah marak dijual di luar negeri, dengan puluhan, mungkin ratusan merek, dan juga sudah merembes ke Indonesia. Dikombinasikan dengan minyak kletik/VCO, khasiatnya untuk mengatasi Hepatitis dan infeksi virus lainnya menjadi makin mantap. Tapi, sejauh ini sebagian besar kombinasi kolostrum dan minyak kelapa baru dijadikan oseng-oseng untuk lauk makan dengan nasi oleh para peternak sapi perah dan kerabat serta tetangganya. Suatu praktek yang menunjukkan betapa kebodohan "dipelihara" oleh bangsa Indonesia, yang tentunya menguntungkan "pihak-pihak tertentu". Kolostrum sebagai kelebihan dari kebutuhan bayi sapi, pada tiga perahan pertama (kolostrum kualitas tertinggi), minimal sekitar 6 liter untuk setiap kelahiran. Padahal, dalam setahun terdapat kelahiran sapi perah saja sekitar 200.000 ekor. Artinya setiap tahun minimal 1,2 juta liter kolostrum seharga lebih dari Rp 500 milyar, dibuang percuma. Apalagi bila dilihat dari nilai ekonomi medisnya. Untuk menyembuhkan seorang penderita Hepatitis, hanya diperlukan sekitar 3 liter kolostrum (dikombinasikan dengan VCO/minyak kletik dan Kefir Susu), dalam waktu antara 3 minggu sampai 3 bulan (rata-rata 2 bulan). Artinya cukup untuk mengobati 400.p000 orang penderita Hepatitis. Padahal, penderita Hepatitis, dengan metoda kedokteran "modern" bisa menghabiskan biaya lab dan pengobatan sekitar Rp 4,- juta per bulan selama minimal 6 bulan. Artinya nilai ekonomi medisnya sekitar Rp 10,- trilyun !!. Ini baru dari sapi perah. Belum lagi dari ruminansia lainnya yang jumlahnya jauh lebih banyak. Disini juga pemerintah masih diam saja, karena barangkali impor produk farmasi asing cukup menggiurkan bagi para pelaku dan mereka yang "terkait"...... Hallo jajaran Kemenkes, para dokter dan apoteker Indonesia...., anda dimana....????

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun