ah, aku menuliskan pengalaman ini ketika untuk pertama kalinya aku menunggui orang yang aku cintai benar-benar terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. Siapa sangka, seorang Bapak yang kukenal begitu hebat di dalam kehidupan ku kini sedang berjuang melawan penyakit di dalam tubuhnya. Ia begitu berhati-hati menjalani kehidupan di usia senja nya. Begitu lah yang selalu aku perhatikan, mungkin adik-adikku juga Ibu akan berkata demikian.  Seperti ketika pada suatu kesempatan kami ingin makan diluar bersama, kami tentu akan memilih makanan fast food selain karena lebih cepat saji juga karena tidak mudah menemukan menu demikian jika makan dirumah. Tapi kalau Bapak? Ia lebih baik memilih untuk tidak makan, dan dengan setia menunggui kami hingga kami menghabiskan menu pilihan masing-masing. Kalau ditanya, Bapak akan menjawab 'Ah, Bapak gak suka makanan begituan. Bikin pusing..' Loh tinggal aku yang bingung, apanya yang bikin pusing, orang enak gini, ibu juga jarang banget masak kayak gini, bisa setahun sekali deh masaknya. Ya, itu dulu. jawaban atas pertanyaan dari diriku sendiri. Tapi kini aku  tau, mengapa Bapak tidak menyukai makanan seperti itu. Pasti karena dia lebih mencintai kesehatan dirinya sendiri, dibanding memanjakan nafsu jasmani untuk menikmati makanan seperti itu. Ah, ya kini aku mengerti.
Detik-detik ketika harus menunggui Bapak di rumah sakit ternyata begitu melelahkan. Siapa yang tak lelah, harus mondar-mandir bolak-balik dari lantai  tiga ke lantai satu, naik lagi ke lantai tiga, turun lagi ke lantai satu. Ya, begitu terus.. Bapak, semoga ini yang terakhir dirimu dirawat. Semoga Tuhan menjamahmu dan memberimu pemulihan atas penyakit ini..
Hari ke-1, Senin 07 November 2011
Masih jam kerja kantor, ketika ibu sms..
"Mbak, ibu ke rumah sakit Veteran-Bintaro bersama bu Win dan bu Haryono, membawa Bapak.."
Sms tidak kubalas, karena aku tidak menyadari ada tanda sms masuk. Hingga aku menerima sms kedua,
"Mbak, bapak masuk UGD dan akan cek lab."
Beberapa menit setelah tanda pesan sms ini masuk, aku menelepon ibu. Memberi tahu bahwa pada saat jam makan siang aku akan kesana. Agak heran sebenernya. Bapak yang berkarakter keras, ketika diajak ke rumah sakit dari beberapa hari yang lalu ia sudah menolaknya. Tapi kenapa sekarang ia mau? Memang, Bapak sudah merasakan sakit sejak seminggu yang lalu, tapi ia sangat sulit untuk diajak ke rumah sakit. Ia hanya mau diajak ke dokter umum langganannya. Hingga akhirnya, beberapa teman-teman beliau membawa nya ke rumah sakit hari senin pagi itu.
Aku pun meminta ijin dari kantor untuk pulang lebih awal pada saat jam makan siang. Dan langsung menuju rumah sakit yang tak jauh dari kantor juga dari rumahku. AKu langsung menuju ruang UGD dan disana tidak ada bapak atau pun ibu. Ingin rasanya menelpon handphone beliau, tapi ternyata pulsa tidak ada. Ini lah yangku benci, ketika keadaan sedang terburu-buru seperti ini, dunia seakan tidak berpihak kepadaku. Lebay memang. Lalu tanda sms masuk di handphone ku dari ibu,
'ibu ada di rawat inap ruang dahlia 303'
Langsung aku mencari lift terdekat untuk menuju ruang rawat inap. Dan menuju kamar tersebut.
Ketika aku masuk ke dalam kamar, aku melihat Bapak berbaring lemah dengan infus ditangan. Mukanya tampak tirus. Ah, Bapak sayang. Beliau nampaknya sedang beristirahat. Kudapati Ibu di ujung tempat tidur Bapak dan sedang mengirim sms memberi kabar kepada saudara yang lain.
'Kamu tolong urus obat dan rawat inap bapak disini,'
'Kemana?' tanyaku jujur, karena tak pernah sebelumnya aku mengurus hal demikian.
'Ke bawah, ruang administrasi rawat inap..'
Aku pun bergegas menuju kebawah, masih menggunakan seragam kerja dan diliatin orang karena mondar-mandir nyari tempat. Setelah selesai semua masalah administrasi dan obat-obatan, aku menuju kamar atas membawa satu plastik besar obat yang telah ditebus. Setelah itu, aku pulang kembali ke rumah, menyiapkan baju dan keperluan mereka selama di rumah sakit. Supaya nanti malam aku bisa kembali ke rumah sakit lagi.
Segera aku pulang kembali kerumah dan mempersiapkan semua keperluan, menyuruh si adek bantuin nyiapin juga. Setelah semua nya selesai, aku berdua adek kembali  ke rumahsakit. Dan sesampainya di kamar Bapak, sudah banyak keluarga dari Bekasi dan Cimanggis berkumpul. Jadi ajang ngumpul keluarga, secara tidak sengaja memang. Dan kata Bapak,
"Kalau gak ada yang sakit, gak ngumpul kayak gini kan?"
Hari ke-2, Selasa 08 November 2011
Seharusnya hari ini si adek merayakan ulangtahunnya yang ke 16. Tapi ternyata cobaan sedang menguji kami, Bapak harus dirawat di rumah sakit. Dan si adek lebih memilih untuk tidak sekolah, menemani Bapak berdua ibu di rumah sakit. Ah, Maaf ya dek, Ulang tahunmu kali ini tidak dirayakan.. Hari ini Bapak akan menjalani proses rontgen dan usg, untuk mengetahui penyakit apa yang ada di dalam tubuh Bapak. Dan semua saudara juga beberapa teman-teman Bapak datang berkunjung dan ikut mendoakan. Bapak masih bisa tersenyum dan menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman. Beruntung kamar Bapak yang menggambil kelas 2 masih sepi, alias penghuni nya baru Bapak. Kami jadi bebas bisa tidur di tempat tidur pasien yang lain, (tapi kalau ada suster masuk langsung lompatturun, :p ) dan ngomong kenceng-kenceng. Berasa di rumah sendiri deh.
Hari ke-3, Rabu 09 November 2011
Hari ke tiga Bapak di rumahsakit, aku memutuskan untuk tidak datang. Lelah ternyata setiap hari sepulang kerja nyiapin keperluan untuk di rumah sakit, dan langsung berangkat lagi kerumahsakit. Dan pulang dari rumahsakit setelah jam menunjukkan pukul sembilan malam. Baru dua hari sih ngejalanin kayak gitu, hehe. Lebay yak?. :D
Karena kebetulan adekku yang laki-laki sedang mendapat jatah libur dari pekerjaan nya, ia pun berganti tugas dengan Ibu. Ibu kembali kerumah, dan adekku yang laki-laki di rumahsakit. Hari ini ternyata hasil dari Lab dan pemeriksaan kemarin  sudah keluar, Bapak menderita Radang Hati, ada penyumbatan di empedu nya, dan beberapa tumor kecil di paru-parunya. Ibu cuma bisa menangis mendengarnya, adekku yang perempuan juga. Kalau aku? Sangat ingin menangis, tapi aku tidak mau airmata ku jatuh. Aku tak mau menangisi kondisi Bapak, Bapak pasti kuat. Speechless sebenernya pas divonis kayak gitu. Bapak yang selama ini amat sangat menjaga pola hidup dan juga makanan, tapi ternyata banyak penyakit disana. Siapa sangka, bapak yang tidak menyukai junkfood dan Bapak yang sangat rutin berolahraga lari pagi setiap hari malah kini justru terkapar sakit. Dan setiap hari, yang datang ke kamar Bapak untuk menjenguk pun semakin banyak. Terharu rasanya.
Hari ke-4, Kamis 10 November 2011
Badan Bapak semakin kurus, kondisi beliau semakin drop. Perutnya kini semakin membesar, tapi tangan dan kaki nya tinggal tulang berbalut kulit. Bapak sangat sedikit mau makan makanan dari rumahsakit. Tiga hari pertama ia masih semangat untuk makan sendiri, hari ini ia minta disuapin Ibu untuk makan. Sedikit demi sedikit ibu nyuapin, dengan sesekali ia mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. Berkali-kali aku memohon kepada Tuhan, untuk sedikit saja mengurangi beban penyakit Bapak. Aku sungguh tak tega melihatnya. Kini Bapak seakan tidak punya tenaga, untuk berbicara saja ia seperti berbisik. Sehingga kami harus mendekat untuk tahu lebih jelas apa yang di inginkan Bapak. Bapak, aku ingin engkau cepat pulih dan kembali berkumpul bersama kami dirumah.
Hari ke-5, 11 November 2011
Pagi ini, Adik Bapak dari Wonosobo Jawa Tengah datang menjenguk. Aku berharap kedatangan adik-adik Bapak dari luar kota mampu menyemangati Bapak, Â supaya kondisi Bapak berangsur pulih. Tapi Bapak tak mampu banyak berbicara, mungkin masih dalam pengaruh obat, jadi Bapak kembali tidur. Dan hari ini banyak saudara yang berkumpul, aku pun meminta ijin untuk pulang cepat. Supaya bisa bertemu mereka juga. MAntan guru-guruku pas Sd yang notabene juga temen Bapak datang menjenguk juga. Namun karena terlalu lelah, aku pun tertidur di tempat tidur pasien yang lain. :D Dan, malam ini Bapak mempunyai teman yang lain. Ada pasien baru yang datang. Jadi kamar Bapak sudah ada penghuni yang lainnya sekarang.
Hari ke-6, Sabtu 12 November 2011
Karena hari ini hari libur, aku berencana untuk ke rumah sakit agak siangan. Bertepatan dengan adik-adik Bapak yang akan datang dari Salatiga dan Ambarawa, Semarang. Kami berjanji untuk bertemu bersama. Kami pun berkumpul di kamar Bapak, berbagi cerita dan saling mendoakan dan juga menguatkan. Kami pun makan siang bersama. Namun ternyata Bapak mendapat surprise lagi, Bapak kedatangan teman baru di dalam kamarnya. Ada pasien baru lagi kini. Namun usia nya masih sangat muda, 22 tahun. Seumuran denganku. (Jodoh ga yah? :p ) Yang kasian sih si Ibu, yang harus tidur di kursi. Setelah sebelumnya dia tidur di tempat tidur pasien. Â Haha, :D
Hari ke-7, Minggu 13 November 2011
Bapak semakin lemes, entah kenapa dia di infus tapi itu tidak membantu kondisi badannya. Hari ini semua adik-adik Bapak dari Bekasi, Cimanggis, Salatiga, Wonosobo datang kembali untuk berkumpul. Entah apa yang mereka perbincangkan, mereka selalu terlihat berkumpul di pojok sudut. Atau di ruang tunggu pasien. Ah, aku tak mau pusing memikirkannya. Aku hanya mau Bapak sembuh. Titik. Itu saja, tidak lebih. Bapak sudah tidak betah di rumahsakit, ia berkali-kali mengajak pulang. Entah karena sungguh tidak betah, atau karena ia memikirkan masalah biaya yang semakin membengkak untuk ukuran finansial kami. Namun aku meyakinkan ke Bapak, untuk menunggu hasil lab terakhir baru kita kembali ke rumah. Sore ini semua adik-adik Bapak kembali kerumah masing-masing, dan sebelum mereka berpamitan pulang. Mereka berdoa bersama. Untuk kesembuhan Bapak, untuk ibu, untuk aku juga untuk adik-adikku. Terimakasih Om, terimakasih untuk bantuan doa ,dukungan dan finansial nya.
Hari ke-8, Senin 14 November 2011
Hari ini Bapak diperbolehkan pulang, sambil berobat jalan. Ia harus kembali kontrol sesuai jadwal. Tapi kondisi Bapak tidak berubah semakin baik, kini ia harus pelan-pelan untuk melakukan suatu hal, dan dibantu oleh Ibu. Karena Bapak tau hari ini akan pulang, ia berkali-kali ngajakin pulang. Padahal aku masih jam kerja kantor. Dan setelah jam pulang kerja berakhir, aku langsung menuju ke rumah sakit. Menyelesaikan biaya akhir administrasi rumahsakit. Lalu setelah itu aku menuju kamar Bapak, membantu ibu membereskan barang-barang, dan menunggu Taksi pesenan datang untuk kembali ke rumah. Dan Bapak pun kembali kerumah, walau kondisi nya benar-benar masih drop.
Melihat kondisi Bapak yang tidak semakin membaik, aku hanya mampu pasrah dan berdoa kepada Tuhan. Aku menyerahkan semua nya kepada Tuhan, kami hanya mampu menjalankan yang terbaik untuk kami lakukan. Dan lagi, inilah pertama kalinya anggota keluarga kami mengalami penyakit serius. Aku sama sekali tidak mengerti perihal penyakit Bapak , bagaimana bisa terjadi dan bagaimana cara penyembuhannya. Sedikit-sedikit sekarang aku mulai mencari tau di internet tentang penyakit ini.
Terimakasih untuk semua seudara, kerabat, dan teman-teman yang sudah membantudalam doa, dukungan dan finansial nya.. Â Tiada kata yang mampu terucap, selain aku berdoa agar berkat Tuhan selalu melimpah untuk anda dan juga keluarga..
Tuhan aku percaya pada-Mu, kuasa-Mu begitu sempurna untuk hidup kami.
dan juga, bye rumahsakit !! Aku tidak berharap akan kembali lagi kesana..!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI