Mohon tunggu...
Anang Fathoni
Anang Fathoni Mohon Tunggu... Lainnya - Long-Life Learner

IG : @anang_fathoni Email : ananglight@gmail.com https://linktr.ee/anang_fathoni

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Matematika Bisa Disebut sebagai Ilmu? - Bagian 1

25 September 2021   07:46 Diperbarui: 25 September 2021   10:50 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahwa ilmu menunjukkan pada bentuk pengetahuan yang bebas dari prasangka (personal biasa) dan perasaan subyekif berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Ilmu haruslah hanya mengandung pernyataan serta data yang menggambarkan secara terus terang atau mencerminkan secara tepat gejala yang di telaahnya.

4. Analitis

Bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami, dan membedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagain yang terperinci untuk memhami sebagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian tersebut.

5. Verifikatif

Bahwa ilmu mengandung kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain. Verifikasi dilakukan jika sebuah teori dapat menjelaskan segala sesuatu yang terjadi, apa pun itu, teori tersebut haruslah berarti bahwa semua observasi yang dilakukan secara empiris mendukung atau membuktikan kebenaran teori tersebut (Noor, 2011: 15).

Apakah Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan masuk untuk Matematika ?

Walaupun matematika termasuk pengetahuan yang sistematis dan analitis, namun matematika gugur pada tiga ciri ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan ciri-ciri ilmu pengetahuan diatas maka dapat diketahuai bahwa, Pertama, matematika adalah pengetahuan yang tidak empiris dan tidak bisa diamati oleh pancaindra. Matematika hanyalah kumpulan ide berupa rumus-rumus dan simbol-simbol mati yang tidak memiliki dimensi ruang dan waktu. Menurut Suriasumantri (2010: 190) Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat "artifisial" yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus mati.

Kedua, ciri ilmu pengetahuan adalah obyektif. Pemakaian istilah "obyektif" untuk menunjukan  bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat dibenarkan (justifiable), bebas dari dorongan hati seseorang: suatu pembenaran 'objektif' jika pada prinsipnya dapat diuji dan dimengerti oleh siapa pun (Poopper, 2008: 27). Faktor pengujian ini mensyaratkan pengujian yang empiris (Suriasumantri, 2006). Sementara disebutkan diawal bahwa matematika tidaklah empiris, sehingga matematika tidak bisa dikatakan obyektif.

Ketiga, ciri ilmu pengetahuan yang terakhir adalah verifikasi. Verifikasi dapat dilakukan apabila data yang diperoleh dapat dibuktikan kebenaranya melalui proses berpikir induktif, atau dari khusus ke umum dengan bantuan statistika (Noor, 2011: 14). Maka matematika tidak bisa diverifikasi, begitu pula dengan statistika. Justru statistika yang membantu proses dari verifikasi tersebut.

Keempat, Obyek dari matematika adalah abstrak berupa ide atau gagasan berbentuk simbol. According to ontological realism, mathematical objects are prima facie abstract, a causal, indestructible, eternal, and not part of space and time (Stewart, 2005: 6). Jadi, objek matematika adalah sesuatu yang abstrak, kasual, tidak dapat dihancurkan, abadi, dan bukan bagian dari ruang dan waktu. Padahal Ilmu selalu terikat oleh faktor ruang dan waktu yang sifatnya dapat diamati melalui pancaindra. Artinya bahwa objek suatu ilmu harusnya sesuatu yang konkret atau dapat diamati oleh indra manusia, sementara objek matematika abstrak dan tidak dapat diamati langsung oleh indra manusia. Berbeda dengan keilmuan alam dan keilmuan sosial yang objeknya bisa langsung diamati. I know that 999,999+1=1,000,000 not through having observed its truth in the world, but through my theoretical knowledge of number and numeration (Ernest, 2004: 34). Jadi pengetahuan matematika tentang penjumlahan, misalnya 999999 + 1 = 1000000 bukan karena suatu pengamatan (observasi) yang dilakukan di dunia, melainkan karena pengetahuan teoritis dari suatu angka dan numerasi. Hal ini otomatis berkaitan dengan penyataan yang pertama bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak empiris.

Dari keempat analisis tersebut maka kesimpulan awal dari penulis bahwa matematika bukan merupakan ilmu, melainkan pengetahuan dan proses berpikir deduktif atau sarana berpikir ilmiah yang membantu proses pemerolehan dari keilmuan yang berkembang di dunia. Pembahasan ini akan berlanjut pada artikel "Apakah Matematika bisa disebut sebagai Ilmu? Bagian 2". Lantas Bagaimana menurut Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun