Mohon tunggu...
anand yulianto
anand yulianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bakmi Pedan, Kuliner Pinggiran yang Tak Terpinggir

11 Maret 2016   01:31 Diperbarui: 11 Maret 2016   01:42 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbicara tentang kuliner khas daerah rasanya sudah terlampau sering kita eksplore,berbicara tentang keaneka ragaman rasa dan masakan memang boleh jadi negara kita tercinta indonesia ini adalah surganya.

Karena itu kesempatan kita kali ini penulis akan membawa kita semua ke sebuah desa kecil yang terletak di kabupaten klaten jawa tengah,sebuah desa unik dan menarik yang bernama pedan,tentunya untuk mencari arti kata harfiah mengenai asal usul nama pedan itu sendiri akan cukup menarik,tapi kali ini penulis tidak akan membahas soal ini.tetapi walaupun tidak berbicara mengenai sejarah alangkah lebih baik kalau kita membahas sedikit mengenai keunikan dari desa kecil ini disadur dari berbagai sumber.

Mengapa ini penting untuk disampaikan di awal karena ternyata desa kecil ini merupakan salah satu daerah penghasil lurik terbesar,bahkan bisa jadi di masa lampau sejarah pertekstilan di indonesia juga lahir di desa ini.bahkan karena merupakan daerah penghasil lurik maka penduduk desa ini pada jaman dahulu merupakan penduduk yang cukup kaya dan berada,terbukti dari adanya tiga bangunan gedung bioskop tua yang sudah tidak terpakai dan sebuah lapangan pacuan kuda,wow ga nyangka ya pada jaman dulupun desa ini sudah sedemikian maju.

Cukup pembahasan singkat kita mengenai sedikit sejarah dari desa pedan ini karena memang tema kita kali adalah tentang seputaran perut,maksudnya pengisi perut alias makanan atau populer disebut wisata kuliner pada era sekarang,sebenarnya cukup banyak makanan tradisional yang dihasilkan di desa pedan ini sebut saja keripik paru,rambak kulit sapi dan yang unik dan hanya ada didaerah ini adalah kepel,bagi yang belum tau kepel ini merupakan makanan dari tepung terigu yang diolah menjadi adonan bercampur dengan bumbu bumbu seperti garam,bawang putih kemudian digoreng seukuran bakso kecil.tapi kali ini yang akan kita bahas bukan ini melainkan bakmi pedan.

Bakmi pedan ini sebenarnya lazim ditemui di beberapa daerah lain dan cara memasaknya pun kurang lebih sama,menarik untuk dibahas karena ternyata penggemar masakan ini di daerah klaten cukup banyak.variannya pun sebenarnya sama seperti daerah lain yaitu bakmi godog atau kuah dan bakmi goreng,hampir tidak ada perbedaan berarti baik dari segi cara pengolahan dan cara penyajiannya.tetapi entah kenapa penulis secara pribadi dan tentunya ini bersifat subyektif merasakan ada yang lain ketika menikmati masakan bakmi pedan ini,tekstur kuahnya yang cenderung lebih kental dan ukuran mienya yang juga agak lebih besar yang membuatnya berbeda,penggunaan ayam kampung sebagai bahan pendukung kuahnya juga turut menyumbang rasa yang berbeda jika disantap.

saat ini cukup banyak warung bakmi yang berada di desa pedan ini,yang cukup terkenal saat ini ada bakmi pencil terletak di pinggir sebelah barat pusat desa pedan,ada bakmi kampung sewu yang berada persis di depan pasar pedan.sekedar info bakmi kampung sewu ini merupakan salah satu yang tertua yang ada di pedan.menurut penelusuran penulis dari berbagai narasumber yang sudah lama tinggal di pedan dulunya hanya ada dua penjual bakmi yang terkenal di desa pedan,yang pertama ya bakmi kampung sewu itu sendiri dan yang satunya adalah bakmi semanu,semanu sendiri merujuk pada bangunan tua bekas gudang tekstil yang sudah tidak terpakai di salah satu kampung di desa pedan ini.letaknya tidak jauh dari bakmi kampung sewu,hanya saja bakmi kampung sewu terletak di pinggir jalan raya dan bakmi semanu terletak di dalam perkampungan.yang menarik adalah bakmi semanu dulu juga dikenal dengan nama bakmi cik Hwa,nama ini didasarkan pada nama si penjual yang memang warga keturunan tionghoa dari kota solo yang pindah ke desa pedan.menurut sumber penulis padan jaman dahulu orang orang dari kota klaten dan solo rela jauh jauh pergi ke desa pedan ini hanya untuk menyantap masakan bakmi pedan.hanya saja bakmi semanu atau bakmi cik hwa sudah tidak buka lagi dikarenakan penjualnya meninggal dunia sekitar kurun waktu 1997 an.

kalau kebetulan pembaca sedang lewat di desa pedan ini jangan lupa mampir menikmati salah satu kuliner yang patut dicoba ini.semoga menikmati dan salam kuliner.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun