Mohon tunggu...
Nanda Rahmat
Nanda Rahmat Mohon Tunggu... Lainnya - Penjaga suplai imajinasi otakmu

Hai aku Nanda, tapi suka-suka kalian manggil siapa. Punya hobi mikirin hal-hal random nan halu yang tiba-tiba aja kepikiran. Semoga kita semua tetap imajinatif sampai tua

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jual Beli Rasa Ikhlas

29 Maret 2021   12:09 Diperbarui: 29 Maret 2021   12:32 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/@unitednations

Bagaimana pandangan kita tentang keikhlasan pada hari ini? Apa masih sama seperti kemarin atau mungkin sudah berubah sesuai mood hari ini. Apa iya kita ini sudah dapat dikatakan ikhlas bila sudah membantu orang yang membutuhkan tanpa berharap pamrih? 

Secara visual hal itu sudah dapat digolongkan ikhlas, tapi....... apa diri kita sudah menghilangkan rasa bangga? Jika dipikir, kita selalu melakukan apapun untuk kepentingan sendiri termasuk rasa ikhlas.

Banyak dari kita memulai jual beli rasa ikhlas melalui hal-hal yang tidak disadari. Membantu orang dengan tidak mengharap apapun, namun masih bangga akan perbuatan itu serta merasa paling tinggi derajatnya setelah melakukannya, sama saja masih belum ikhlas. Masih banyak dijumpai bahkan kita rasakan sendiri bahwa keikhlasan yang kita lakukan hanya sekadar ucapan, namun jauh dalam diri kita berlawanan dengan "ikhlas". 

Memberi bonus tambahan makanan kepada pelanggan bukanlah ikhlas bila ingin pelanggan itu membawa teman-temannya datang untuk membeli lebih banyak hal. 

Bahkan dengan Tuhan pun kita masih sering berdagang. Kita sering berdoa kepada-Nya, tapi apa yang kita harapkan sering berbanding terbalik dengan perbuatan. Minta apapun seakan kita paling bersih dari dosa namun beribadah masih enggan. 

Berdoa dengan ucapan terbaik, tertata, serta membentuk syair pujian, namun tidak diresapi dalam-dalam, akhirnya ya sekadar ucapan. 

Kita bernafas hari ini apa karena Tuhan memasang harga? Begitu baiknya Tuhan sehingga memberikan apapun untuk kita hidup walau kita sering kurang ajar kepada-Nya.

Rasa mengharap paling dekat dengan-Nya tidaklah pantas bagi kita karena itu bukan ikhlas. Biarkan Tuhan menggunakan hak prerogatif-Nya untuk menganggap apakah kita termasuk hamba yang baik, biarkan Tuhan menilai, kita tidak usah ikut campur dalam penilaian itu. Syukuri apa saja yang Tuhan berikan untuk kita, karena itu dapat menstabilkan ekspektasi akan kehidupan yang positif.

Kalau sudah diniatkan untuk ikhlas ya ikhlas saja, jangan memberi dengan rasa congkak dan jangan berharap banyak bila kita jarang bersyukur, jalani saja yang membuat diri kita hari ini berkembang lebih baik dengan rasa ikhlas "yang sebenarnya", karena dimulai dari situ hal luar biasa akan bermunculan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun