Mohon tunggu...
Nanda Rahmat
Nanda Rahmat Mohon Tunggu... Lainnya - Penjaga suplai imajinasi otakmu

Hai aku Nanda, tapi suka-suka kalian manggil siapa. Punya hobi mikirin hal-hal random nan halu yang tiba-tiba aja kepikiran. Semoga kita semua tetap imajinatif sampai tua

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tidak Terkalahkan

13 Juli 2020   20:28 Diperbarui: 13 Juli 2020   20:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa sukses dalam karir didasari atas kerja keras dan cerdas. Ya memang benar begitu kenyataannya, namun apakah hanya bermodal banting tulang dan banting otak untuk karir yang epik?.  Sejak dahulu kebanyakan dari kita dibiasakan dengan pola pikir yang beranggapan bahwa bila bekerja keras dan berpikir luas tanpa batas maka seakan kita merasa sudah yakin bahwa pasti mendapat hasil yang fantastis. Dapat kita amati dalam keseharian betapa banyaknya orang-orang yang berambisi mengejar kepuasan, kebebasan dan kenikmatan "di hari tua". 

Tapi apakah kesemua hal itu harus dikejar dengan mengorbankan kebahagiaan kita sesungguhnya yang biasanya malah menempel pada hal-hal sederhana. Orang kota merasa hatinya ceria kala melihat sawah hijau yang sedang dibajak kerbau milik si petani, namun orang desa merasa ceria sewaktu melihat artistiknya gedung-gedung padat di perkotaan. Merasa kembali seperti anak kecil mereka tersenyum ikhlas kala melihat hal-hal tersebut.

Semua orang ingin jadi yang "paling" dimata orang lain (paling pintar, paling kuat, paling baik, paling dermawan, paling tampan, paling ceria, paling terlihat bahagia). Semuanya persoalan paling, paling, paling, paling. Setiap bangun tidur orang yang berpikiran positif akan mengharapkan untuk menjadi yang terbaik dari versi dirinya pada hari itu, namun ada juga yang tidak mengharap apa-apa selama dia masih bisa makan dan bersantai dengan kawan, dan yang tidak kalah penting mencari pembenaran akan kepengangguran-nya. 

Kita sebagai manusia memang dibekali hawa nafsu, sehingga selalu merasa apa yang telah kita lakukan pasti terasa kurang. Seorang remaja memenangkan lomba lari marathon tingkat Asia dan dia masih saja berharap "andai aku tadi menambah kecepatan lariku ketika akan finish, pasti hasil waktuku akan lebih baik". 

Seorang pekerja kantoran menyelesaikan 10 laporan rumit dalam sehari sehingga diapresiasi si bos. Masih saja dia berpikir "andai tadi aku hanya beristirahat 15 menit sehingga dapat menyelesaikan lebih banyak laporan, mungkin akan lebih baik".

Ketika awal mulai bekerja orang normal mungkin akan menunjukan performa terbaiknya setidaknya agar dia dianggap mumpuni dalam bidangnya dihadapan para rekan terutama di hadapan si bos. Mengerjakan segala sesuatu secara "ikhlas" dengan semangat membara agar terbukti "paling" dalam bidangnya. Tapi apakah itu yang disebut ikhlas?.

Ada sesuatu hal unik (bisa baik maupun buruk) dalam hal merasa ingin "paling" sehingga menyuburkan ambisi untuk bekerja tanpa henti selama badan masih terasa sehat dan selama dapat berpikir secongkak Fir'aun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun