Mohon tunggu...
Ananda irdatul
Ananda irdatul Mohon Tunggu... mahasiswa aktif

hobby traveling, masak, baca buku

Selanjutnya

Tutup

Nature

Harmoni antara manusia dan alam dalam perspektif pancasila

3 Juni 2025   18:57 Diperbarui: 3 Juni 2025   18:57 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada 11 Mei 2025, dunia maya digemparkan oleh sebuah video yang memperlihatkan
seekor induk gajah meratapi anaknya yang tewas tertabrak truk di Jalan Raya Timur-Barat,
Malaysia. Anak gajah berusia lima tahun itu tewas seketika setelah ditabrak truk pengangkut
ayam yang melaju dalam kabut tebal pada dini hari. Induknya, dalam kepedihan mendalam,
berusaha membebaskan anaknya yang terjepit di bawah truk selama lima jam sebelum
akhirnya dievakuasi oleh petugas satwa liar (Liputan6, 2025).
Insiden ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Gerik-Jeli, kawasan tempat kejadian,
dikenal sebagai jalur lintasan satwa liar, termasuk gajah dan harimau Malaya yang terancam
punah. Namun, pembangunan infrastruktur jalan yang tidak memperhatikan keberadaan
satwa menyebabkan semakin banyak hewan liar yang keluar dari habitatnya dan
menyeberang jalan, berisiko tertabrak kendaraan. Pada April 2024, di lokasi yang sama,
seekor anak gajah betina juga tewas tertabrak SUV yang melintas.
Kehilangan ini bukan hanya tragedi bagi satwa, tetapi juga cermin kegagalan kita
sebagai manusia dalam menjaga keseimbangan alam. Pancasila sebagai dasar negara
mengajarkan kita untuk menjaga keadilan sosial dan menghormati hak hidup setiap makhluk.
Namun, kenyataannya, pembangunan sering kali mengabaikan aspek lingkungan dan
keberlanjutan.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia bukan hanya sekadar fondasi
konstitusional, tetapi juga menjadi panduan filosofis yang mengarahkan seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam hal pelestarian lingkungan hidup. Nilai-
nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mencerminkan kesadaran moral untuk
menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam semesta. Sila kedua, yaitu Kemanusiaan
yang adil dan beradab, menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus
memperlakukan sesama makhluk hidup, termasuk satwa dan lingkungan, secara adil dan
penuh penghormatan terhadap martabatnya. Sementara itu, sila kelima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, menekankan pentingnya pemerataan kesejahteraan dan
keberlanjutan sumber daya alam agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana oleh seluruh
rakyat Indonesia, termasuk generasi yang akan datang (Kaelan, 2013). Dalam konteks ini,
pelestarian ekosistem dan perlindungan terhadap satwa liar bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga merupakan panggilan moral setiap warga negara sebagai
bagian dari implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari (Syafiie, 2015).
Dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman moral dan etika, masyarakat diharapkan
memiliki kesadaran ekologis yang tinggi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup sebagai
bagian dari upaya membangun peradaban yang adil, beradab, dan berkelanjutan.
PERMASALAHAN, SOLUSI, DAN PERAN MAHASISWA
Permasalahan utama yang mencuat dari kasus ini adalah kurangnya integrasi antara
pembangunan infrastruktur dan pelestarian lingkungan hidup. Pembangunan jalan raya yang
tidak mempertimbangkan jalur perlintasan satwa liar telah menyebabkan terfragmentasinya
habitat alami mereka. Hal ini tidak hanya mengganggu pola migrasi satwa seperti gajah dan
harimau, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas yang melibatkan hewan liar,
yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Kondisi ini mencerminkan lemahnya
perencanaan pembangunan yang seharusnya bersifat holistik dan berkelanjutan. Ketika
pembangunan hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan
aspek ekologis, maka keseimbangan lingkungan pun menjadi taruhannya. Selain itu,
rendahnya kesadaran masyarakat dan para pemangku kepentingan terhadap pentingnya
konservasi satwa liar menjadi hambatan besar dalam upaya pelestarian alam. Minimnya
edukasi mengenai peran ekologis hewan seperti gajah yang menjaga keseimbangan hutan,
atau harimau sebagai predator puncak, membuat masyarakat kurang memiliki empati dan
kesadaran akan pentingnya menjaga keberlangsungan hidup mereka. Padahal, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, terutama sila kedua dan kelima, menekankan pentingnya rasa
kemanusiaan, keadilan, dan gotong royong dalam menghadapi permasalahan sosial dan
lingkungan.
Sebagai mahasiswa, khususnya dalam bidang Pendidikan Biologi, kita memiliki tanggung
jawab moral dan intelektual untuk menjadi agen perubahan yang mengedukasi dan
menginspirasi masyarakat. Melalui pendekatan ilmiah dan kegiatan pendidikan, kita bisa
menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan
memperkuat nilai-nilai pelestarian alam. Kegiatan nyata seperti kampanye kesadaran
lingkungan di sekolah dan masyarakat, penelitian konservasi, serta keterlibatan dalam
program pengabdian masyarakat adalah langkah awal yang dapat membangun kesadaran
kolektif. Kepekaan terhadap isu lingkungan harus ditanamkan sejak dini, sehingga muncul
generasi yang peduli dan siap berkontribusi secara aktif terhadap pelestarian alam. Contoh
respons positif datang dari pemerintah Malaysia yang mulai merancang pembangunan jalur
penyeberangan satwa liar sebagai solusi atas tragedi yang terjadi. Namun, inisiatif kebijakan
seperti ini tidak akan berjalan efektif tanpa dukungan nyata dari masyarakat dan lembaga
pendidikan. Partisipasi aktif dari berbagai pihak sangat penting untuk memastikan bahwa
kebijakan tersebut benar-benar berpihak pada kelestarian lingkungan.
Indonesia sendiri menghadapi tantangan serupa. Banyak kawasan konservasi yang terancam
oleh pembangunan jalan, pemukiman, dan industri yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk menjadikan kasus ini sebagai pelajaran berharga agar tidak
mengulang kesalahan serupa. Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan moral dan etika
dalam merancang kebijakan pembangunan, kita dapat mendorong terbentuknya paradigma
pembangunan yang mengedepankan prinsip keadilan ekologis dan keberlanjutan lingkungan.
Tragedi kehilangan seekor anak gajah bukan hanya menyedihkan dari sisi ekologi, tetapi juga
merupakan teguran moral bahwa pembangunan yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan
dan alam hanya akan membawa kerusakan. Maka, sebagai generasi muda, kita harus berperan
aktif dalam memperjuangkan keberlanjutan lingkungan. Dengan berbekal ilmu pengetahuan,
rasa empati, dan semangat gotong royong, kita bisa menciptakan harmoni antara manusia dan
alam demi masa depan yang lebih baik bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini.
Kasus tragis tertabraknya anak gajah di Malaysia menjadi cerminan nyata dari dampak
pembangunan yang mengabaikan aspek ekologis. Peristiwa ini bukan sekadar kehilangan satu
individu satwa, tetapi juga menunjukkan betapa rentannya kehidupan liar ketika habitat
mereka terganggu oleh aktivitas manusia. Indonesia sebagai negara dengan kekayaan
biodiversitas yang tinggi, termasuk banyak satwa endemik yang terancam punah, harus
menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran penting. Pembangunan infrastruktur seperti jalan
raya, kawasan industri, atau pemukiman perlu dirancang dengan pendekatan yang holistik
dan berkelanjutan, serta mempertimbangkan keberadaan dan perlintasan satwa liar.
Pemerintah Indonesia direkomendasikan untuk mulai menerapkan kebijakan pembangunan
yang ramah lingkungan dengan mewajibkan studi dampak lingkungan yang lebih ketat,
membangun jalur penyeberangan satwa di kawasan rawan, serta memperluas kawasan
lindung yang saling terhubung. Selain itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga
pendidikan, LSM lingkungan, dan masyarakat dalam menyusun kebijakan konservasi yang
terintegrasi. Edukasi publik mengenai pentingnya pelestarian satwa liar dan peran ekologis
mereka juga harus diperkuat, baik melalui kurikulum pendidikan maupun kampanye sosial
yang masif. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun