Mohon tunggu...
Achmad Soeparno Yanto
Achmad Soeparno Yanto Mohon Tunggu... -

Sebuah hari takkan pernah dikenang tanpa karya yang kita buat. (Josh S. Hinds)

Selanjutnya

Tutup

Money

Kuncian Cita-cita

18 Agustus 2011   06:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Cita-cita bukanlah kata baru bagi diri kita. Jauh ketika masih anak-anak, sering kita mendengar kata ini. Dahulu, sewaktu masih kanak-kanak, jika orang tua maupun guru bertanya “apa cita-citamu?” secara spontan kita akan menjawab; menjadi dokter, pilot, atau insinyur. Karena itu semua profesi yang familier.

Namun, ketika sekarang ditanya “apa cita-citamu?” tentunya kita tidak akan asal menjawab seperti kanak-kanak dulu. Kita akan berfikir serius dan matang-matang dalam menentukan apa cita-cita kita sebenarnya (paling tidak 10 tahun yang akan mendatang, jika sekarang kita berumur 20 tahun). Semakin dewasa, kita akan semakin berfikir rasional dan bijak. Termasuk dalam menentukan apa cita-cita kita.

Cita-cita merupakan bara obor semangat, dimana harus terus dijaga biar bara itu tetap menyala. Dikala ragu-ragu, tenggelam dalam arah ketidakpastian, segeralah gunakan obor semangat itu untuk menerangi jalan yang benar. Sehingga cita-cita dan impian bisa kita wujudkan.


Agar cita-cita kita terwujud, kembali lagi kita harus kuatkan pondasi. Dalam menguatkan pondasi jangan lupakan tiga hal yang mampu menyangga kesuksesan, yaitu:

1.Skill/keahlian yang bersumber pada ilmu pengetahuan (pengetahuan-pengatahuan yang kita dapat dari pendidikan formal/les-les, pengalaman melakukan praktikum di kelas dan pelatihan-pelatihan) dan bakat alam.

2.Resources/sumber untuk memperoleh skills: dana/uang (untuk membayar pendidikan/sekolah), membeli sarana pendidikan, alat-alat untuk membantu kita lebih produktif dan lain sebagainya.

3.Support/dukungan dari orang tua/keluarga dan orang-orang sekitar lingkungan.

Setelah mengetahui tiga hal yang sangat penting dalam menunjang cita-cita, kita juga harus mulai memantapkan diri untuk mempraktekkan beberapa langkah agar cita-cita dan impian dapat terwujud. Terdapat tujuh langkah yang bisa mulai di praktekkan agar usaha kita dalam mengejar cita-cita bisa segera terwujud, ketujuh langkah itu adalah;

Langkah 1: meniti jalan setapak, yaitu mengeset cita-cita yang berskala kecil terlebih dahulu yang nantinya dapat dikembangkan. Misalnya, jika ingin menjadi politikus sukses, haruslah meniti karir dengan menjadi ktua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) pada waktu duduk di sekolah menengah atas, lantas jadi ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) saat menjadi mahasiswa, ini semua sebenarnya menjadi ajang pelatihan juga untuk jadi seorang pemimpin. Jika ingin menjadi dokter, saat masih sekolah menengah bisa menjadi anggota PMR (palang Merah Remaja). Banyak langkah kecil yang bisa kita lakukan sebelum langkah yang lebih besar.

Langkah 2: tidak meninggalkan jalan, yaitu selalu menghindari meninggalkan pekerjaan (sesuatu yang sedang kita kerjakan) karena mengalami kesulitan. Banyak remaja yang buru-buru kabur setelah menghadapi masalah. Padahal masalah yang ada merupakan ajang latihan untuk menghadapi masalah yang lebih besar. Sehingga nantinya akan terbiasa dalam menghadapi masalah-masalah sulit yang artinya akan mampu meraih sukses atau keberhasilan.

Langkah 3: memiliki pertemanan dan komunitas dengan orang-orang yang memiliki minat sama—misalnya jika kita ingin serius menjadi musikus, maka pilihlah teman atau komunitas yang juga menyukai dunia musik. Sehingga, selain akan saling berbagi pengetahuan seputar dunia musik, juga memungkinkan menemukan orang-rang yang cocok untuk kita ajak mendirikan grup band profesional. Jika kita ingin menjadi pengarang buku, kita bisa memulai masuk dalam komunitas kepenulisan atau juga sering hadir dalam acara-acara launching buku.

Langkah 4: terus belajar dan jangan lupa praktik. Jangan sungkan untuk terus berlajar, baik pada buku-buku yang sudah ada atau pada teman-teman yang kita anggap memiliki pengalaman. Setelah belajar jangan lupa untuk dipraktikkan apa yang sudah kita pelajari. Misalnya, jika kita ingin menjadi penulis atau pengarang, maka banyak-banyaklah baca buku, setelah membaca banyak jangan lupa untuk mempraktekkan apa yang kit abaca ke dunia yang nyata.

Langkah 5: kembangkan bakat menjadi profesi, yaitu kita coba untuk mengeset cita-cita kita berdasarkan bakat yang kita miliki. Misalnya, jika kita merasa bakat kita menyanyi, merancang pakaian, melukis, menjahit, memasak dan sebagainya. Bakat-bakat yang kita miliki itu kemudian kita kembangkan sebagai profesi dengan dilandasi pendidikan yang sifatnya formal, maupun non-formal. Yang jelas, mengandalkan bakat alam saja tidak cukup. Bakat bisa dijadikan profesi bila dilandasi pendidikan dan kerja keras serta kemauan berkarir secara profesional.

Langkah 6: mengasah pisau, yaitu mengembangkan diri untuk lebih terampil dan dapat dipercaya oleh lingkungannya. Caranya, jangan merasa berilmu cukup dan sudah hebat. Oleh karena itu, penting untuk terus mengikuti pelatihan, mendengarkan ceramah, dan membaca buku-buku yang mendukung cita-citamu. Langkah ini untuk memantapkan pengembangan bakat menjadi profesi.

Langkah 7: Berani mengambil resiko, bila telah menetapkan cita-cita, jangan ragu-ragu karena takut gagal. Kita harus perjuangkan cita-cita itu, dan menyadari sejak dini tentang nilai-nilai positif dan negatifnya.Jika kita memiliki cita-cita sukses di dunia wirausaha, maka kita juga harus bersiap menghadapi konsekuensi yang akan datang, misalnya, kita harus pintar-pintar membagi waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun